Sebagai provinsi yang menerapkan hukum Islam syariah, berbagai hal yang berkaitan dengan umat Muslim pasti banyak ditemukan. Beberapa masjid bersejarah tersimpan dan dilestarikan di Aceh, bahkan yang telah tersapu tsunami pun dipugar kembali. Begitu pun dengan tradisi umat muslim yang masih terjaga. Seperti empat tradisi menyambut Lebaran di Aceh berikut ini.
Baca juga : Kunjungi Museum Geopark Batur, Belajar Sejarah Gunung Api di Bali
Budee Trieng
Budee Trieng adalah kegiatan menyalakan meriam bambu di malam kedua Lebaran. Saat ini meriam tersebut menggunakan berbagai benda, tak hanya bambu. Benda seperti drum aspal hingga beton bekas gorong digunakan sebagai tabung meriam.
Meulemak
Sama halnya dengan pemuda Medan yang gemar merantau, pemuda di Aceh juga melakukan hal tersebut. Meulemak sendiri merupakan tradisi yang dilakukan para pemuda laki-laki saat mudik lebaran. Biasanya mereka berkumpul di balai desa dan menggelar makan bersama pemuda lain yang belum merantau. Menu yang disajikan adalah nasi lemak dan olahan daging kambing.
Jak Bak Guree
Jak Bak Guree masih sering ditemui di daerah pedesaan Aceh. Tradisi ini merupakan relasi antara murid dan guru mengaji. Setelah sholat Ied, mereka bersilaturahmi ke kediaman guru mengajinya. Disertai dengan beberapa bingkisan yang dikemas dalam selendang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk terima kasih para murid terhadap guru mengajinya.
Pawai Takbiran
Setiap daerah tentu memiliki tradisi pawai takbir. Namun yang membedakan adalah, di Pidie, Aceh, takbiran tersebut dilombakan. Pemerintah daerah memberikan dana kepada peserta untuk berlomba di malam takbir. Pemenangnya adalah peserta dengan mobil Takbiran terbaik dan peserta takbiran paling meriah.
Sebagai hari kemenangan umat Islam, Hari Raya Idul Fitri menjadi perayaan yang luar biasa. Terlebih lagi pada daerah dengan kultur Islam yang madih kuat, seperti Aceh. Bagaiman dengan tradisi Hari Raya Idul Fitri di tempat tinggalmu? Next