Indonesia sebagai salah satu dari 10 penghasil teh terbesar di dunia, mempunyai perkebunan yang tersebar di penjuru nusantara. Teh diperkenalkan ke Indonesia pada zaman kolonial Belanda, hingga kemudian tanaman ini pun dibudidayakan. Tradisi minum teh pun mulai berkembang di Indonesia, masing-masing daerah memiliki keunikan dan tata cara tersendiri dalam menyajikan minuman ini. Yuk, lihat satu persatu.
Baca juga : Hotel di Kawasan Kota Tua Semarang, Bisa Puas Foto-foto Seharian
Patehan
Tradisi minum teh satu ini hanya dilakukan di keraton Jogja, ditujukan untuk sultan dan keluarga keraton Jogja, juga saat ada tamu keraton. Nama Patehan diambil dari tempat di mana teh diracik, yaitu Bangsal Patehan. Tradisi minum teh dilaksanakan setiap pukul 6 pagi dan 11 siang.
Dimulai dengan mengambil air dari sumur Nyai Jalatunda, kemudian merebus air di dalam ketel khusus berbahan tembaga, yang dipercaya dapat menetralisir air dan menolak bala. Penyajian teh pun memiliki aturan tersendiri, seperti takaran masing-masing bahan, serta tidak boleh mengaduk teh agar kualitasnya tidak menurun. Teh tersebut dibawa oleh 10 orang abdi dalem, 5 perempuan dan 5 laki-laki, mengenakan pakaian tradisional Jogja.
Tradisi Moci
Moci adalah sebutan untuk tradisi minum teh menggunakan media poci alias teko gerabah, dikenal di daerah Tegal, Cirebon, Slawi, Pemalang, Brebes, dan sekitarnya. Tradisi ini konon bermula dari kebiasaan buruh pabrik kebun teh menyeduh tiga lembar daun teh di dalam poci. Tidak hanya sekedar minum teh, tradisi ini pun memiliki makna akan kehidupan. Teh poci dihidangkan dengan gula batu yang tidak boleh diaduk, dibiarkan mencair dengan sendirinya. Ketika teh diminum akan terasa sepet atau pahit, namun lama-lama terasa manis. Bermakna bahwa kehidupan memang terlihat ‘pahit’ namun apabila bersabar, akan merasakan manisnya kehidupan.
Nyaneut
Nyaneut merupakan tradisi minum teh masyarakat Sunda khususnya Garut. Awal mulanya diperkenalkan oleh warga Belanda pada abad ke-19. Teh yang digunakan adalah khas Cigedug dan sekitarnya bernama kejek, di mana pengolahannya dengan cara diinjak-injak. Pembuatannya diawali dengan merebus air di atas tungku tanah liat berbahan bakar kayu. Kemudian air panas dipindahkan ke dalam teko gerabah, ditambah satu sendok teh kejek, lalu didiamkan beberapa saat. Disajikan dalam cangkir batok kelapa atau seng. Sebelum dinikmati, cangkir teh diputar sebanyak dua kali, aroma teh dihirup tiga kali. Kini tradisi nyaneut sudah agak luntur, sehingga diadakan Festival Nyaneut setiap tahun di Garut.
Nyahi
Tradisi ini dipengaruhi oleh masyarakat Tionghoa yang suka meminum teh, diadaptasi oleh orang Betawi. Nyahi merupakan minum teh yang memiliki cita rasa agak pahit atau tawar, sembari menghabiskan waktu untuk ngobrol santai atau diskusi. Disajikan di dalam teko blirik dengan gelas seng di atas nampang seng. Biasanya dinikmati dengan gula kelapa yang digigit terlebih dahulu baru teh diseruput.
Walaupun posisi teh tubruk alias membuat teh dengan daun teh kering sudah digeser oleh teh celup yang cenderung lebih praktis, namun tradisi minum teh di daerah-daerah tersebut masih dipertahankan. Boleh nih mencoba tradisi tersebut kalau berkunjung ke kawasan yang telah diulas di atas. Tradisi minum teh dari daerah di Indonesia manakah yang Teman Traveler ketahui? Next