in , ,

Perang Topat, Cara Masyarakat Lombok Sambut Lebaran dan Kerukunan Umat Beragama

Perbedaan Bukan Menjadi Alasan untuk Tidak Hidup Damai Berdampingan

Masyarakat Indonesia memiliki banyak tradisi untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri. Setiap daerah pasti memiliki tradisinya masing-masing. Begitu pula dengan masyarakat Lombok. Tradisinya bernama Perang Topat Lombok dan dilangsungkan setiap 7 hari setelah tanggal 1 Syawal. Meskipun bernama perang, tenang saja, kamu tidak akan menmukan pertumpahan darah di perayaan tradisi ini.

Baca juga : Mengenang Peristiwa Heroik Surabaya di Museum 10 November

Diikuti oleh Umat Muslim dan Hindu

Ketupat yang akan dibuat perang via
Ketupat yang akan dibuat perang via lombokjalan.blogspot.co.id

Meskipun tradisi ini masih berhubungan dengan umat Muslim, umat Hindu juga menjadi peserta perang topat. Karena itu tradisi tersebut menjadi gambaran nyata toleransi dan kerukunan umat beragama. Tradisi turun temurun ini memang benar-benar dijaga untuk menjaga kerukunan umat beragama.

Perang Perdamaian

Masyarakat yang antusias menyambut tradisi Perang Topat via
Masyarakat yang antusias menyambut tradisi Perang Topat via budaya.kampung-media.com

Meskipun saling lempar, tidak ada dendam atau pertikaian yang sedang terjadi. Malah tradisi ini menjadi salah satu simbol perdamaian umat Islam dan Hindhu di Lombok. Bahkan di dalam Pura Lingsar, pura yang biasa menjadi lokasi tradisi ini, terdapat dua tempat ibadah. Pertama Pura Gaduh, tempat persembayangan umat Hindhu. Selanjutnya adalah Kemaliq, tempat ibadah yang diskaralkan oleh umat Muslim Sasak.

Dulu Merupakan Ritual Meminta Hujan

Peserta Perang Topat via
Peserta Perang Topat via incinews.com

Tak hanya menjadi simbol keharmonisan antar umat beragama, dulu perang topat merupakan ritual meminta hujan bagi para petani di Lombok. Ketupat yang sudah dilempar dalam perang topat dipercaya menyerupai pupuk di pertanian dan perkebunan. Tak jarang ketupat tersebut disebar di sawah maupun digantungkan di pohon oleh warga.

Erat Kaitannya dengan Pembangunan Pura Lingsar

Pura Lingsar Lombok via
Pura Lingsar Lombok via tempatwisatadilombok.com

Raja Ketut Karangasem dari Bali membangun Taman Lingsar pada tahun 1759. Tak lama setelah runtuhnya kekuasaan Kerajaan Mataram. Pembangunan Taman Lingsar ini bertujuan untuk menyatukan, masyarakat Sasak Lombok yang menganut Islam dengan wetu telu dan warga Bali yang beragama Hindu. Hingga saat ini, kamu masih dapat menemukan dua umat berbeda keyakinan yang hidup berdampingan di Taman Lingsar. 

Tradisi Perang Topat merupakan bukti nyata bahwa perbedaan keyakinan bukan menjadi masalah. Malah mereka bisa hidup berdampingan dan melakukan tradisi yang telah turun temurun. Apa tradisi di tempat tinggalmu yang memiliki kemiripan dengan Perang Topat? Next

ramadan
Popiah, Via Instagram elynandbear

Varian Lumpia dari Berbagai Kota di Indonesia, Tak Cuma dari Semarang Saja

4 Destinasi Untuk Mengenal Transportasi Udara di Indonesia