Flores sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur yang terkenal memiliki keindahan bentang alam super keren. Hingga saat ini, Flores dan beberapa daratan di sekitarnya telah sah menjadi destinasi alternatif wisata bahari di Indonesia selain Bali atau Raja Ampat. Keindahan pantai hingga alam bawah lautnya memang keren, namun kamu juga akan disuguhi keindahan jika menjelajah alam liarnya, menapaki jalur-jalur menembus hutan hingga sampai di atas sebuah bukit.
Baca juga : Garang Asem di Semarang, Sensasi Pedas Segar yang Bikin Nafsu Makan Beringas
Meski dikelilingi oleh hutan, namun tempat itu digunakan sebagai pemukiman. Dan yang tinggal di sana adalah masyarakat Wae Rebo, desa wisata yang hingga saat ini masih menjalankan tradisi serta budayanya. Salah satu yang paling mencolok adalah bangunan rumah adat yang begitu khas. Tentu saja masih ada banyak hal yang akan menyambutmu di Wae Rebo. Agar kamu semakin tahu, baca saja ulasan berikut ini.
1. Rumah Adat Wae Rebo
Seperti desa-desa wisata di belahan bumi lain, berbagai hal yang bersifat tradisional akan disuguhkan untuk menambah wawasan dan memanjakan mata para wisatawan, Wae Rebo terkenal dengan bangunan rumah adatnya. Meski terlihat sederhana, tapi memiliki ukuran yang sangat besar. Di sebuah bukit yang letaknya ada di sebelah barat Flores tersebut terdapat tujuh bangunan utama. Konon masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri. Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa jumlahnya tujuh dan tidak ditambah bangunan lagi. Masyarakat setempat memiliki kepercayaan bahwa membangun rumah tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
2. Bukan Semabarang Rumah
Mereka memiliki aturan tersendiri terkait rumah adat Wae Rebo. Salah satu syarat utama yang harus ada adalah perapian. Karena api dianggap sebagai salah satu sumber kehidupan yang harus dipenuhi. Layaknya baju, rumah adat juga harus pas bagi penghuninya. Sedangkan bentuknya yang kerucut atau menyerupai payung melambangkan rumah sebagai tempat perlindungan yang penuh dengan kedamaian.
3. Menuju Wae Rebo
Untuk ke Wae Rebo, kamu bisa berangkat dari Labuan Baju atau kota-kota lain seperti Ende. Waktu tempuh yang harus kamu lalui dari Ende sekitar 8 Jam menuju arah Ruteng. Nah dari kawasan tersebut jarak ke Wae Rebo sudah dekat yaitu hanya membutuhkan waktu tempuh selama 2 jam saja. Tapi tunggu dulu, untuk sampai di puncak bukit, kamu masih harus berjalan kaki melewati jalur terjal dan menanjak. Lama pendakiannya juga 2 jam. Biar nggak repot, gunakan saja jasa layanan travel dengan harga sekitar Rp. 120 ribu per orangnya.
4. Disambut Pemandangan Alam dan Adat yang Cantik
Pengorbanan berupa tenaga dan uang, nggak akan sia-sia setelah kamu sampai di Wae Rebo. Desa yang masih tradisional dengan pemandangan alam di sekitarnya adalah surga tersendiri untuk matamu. Wisatawan yang berkunjung ke Wae Rebo dianggap sebagai tamu, jadi kamu akan menyaksikan berbagai upaya penyambutan bahkan diperbolehkan masuk melihat bagian dalam rumah adat Wae Rebo. Bangunan utama disebut Rumah Gendang, di tempat itulah berbagai ritual adat dilakukan.
Berwisata di Wae Rebo adalah momen yang menyenangkan, untuk hal itu kamu akan diminta melakukan registrasi dan membayar biaya sebesar Rp 200 ribu. Namun jika kamu menginap, maka biayanya mencapai Rp. 325 ribu. Selain pemandangan yang indah, kamu akan disuguhi berbagai makanan tradisional khas Wae Rebo lho.
Secara administratif Wae Rebo masuk dalam wilayah Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Letaknya yang berada di ketinggian 1,100 mdpl, membuat udara di Wae Rebo jadi begitu sejuk. Meski berpotensi sebagai tempat wisata, namun masyarakat wae Rebo menolak pengaspalan jalan. Warga setempat tidak mau budaya mereka tercemar pengaruh dari luar. Alhasil, hingga saat ini Wae Rebo seperti desa yang terisolir. Next