in , ,

Warung Mie Pak Tomie Nganjuk, Masaknya Pakai Arang

Dimanja Nikmatnya Olahan Mie ala Pak Tomie Nganjuk

Warung Mie Pak Tomie Nganjuk

Teman Traveler hobi menikmati olahan mie? Maka Warung Mie Pak Tomie wajib kalian sambangi. Tempat makan yang telah berdiri sejak 1980 ini sajikan kuliner mie dengan rasa mantap. Popularitasnya cukup diakui di Nganjuk, kota yang terkenal dengan pecel pincuknya.

Baca juga : Sedekah Bumi di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang

Dekat Rel Kereta Api

Aroma bakminya begitu menggoda (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Saya sendiri kala itu sedang dalam perjalanan menuju Ngawi dan menyempatkan mampir ke Jalan Gatot Subroto no 1, tempat warung Pak Tomie berdiri. Lokasinya tepat berada di tikungan, bisa segera Teman Traveler temukan usai melewati rel kereta api jika berangkat dari arah Kediri.

Warungnya ada di simpang tiga dan mudah terlihat (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Bertempat di lapak sederhana mirip kios kecil, kedai ini buka mulai pukul 17.00 hingga 01.00. Kala itu saya datang setengah jam lebih awal dari jam buka. Alhasil, saya harus rela menunggu karena juru masaknya belum datang, Teman Traveler.

Pelayanan Cekatan

Sederhana namun nyaman (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Meski warungnya tidak terlalu luas, tempat makan ini dikelola oleh kurang lebih delapan personel. Jumlah tersebut sudah termasuk pramusaji dan tukang masaknya. Saya perhatikan semuanya laki-laki dan rata-rata masih berusia muda.

Saya jadi pembeli pertama hari itu (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Semua karyawan di sini mudah dikenali Teman Traveler. Mereka mengenakan kaus kuning mencolok, dengan celana panjang hitam dan peci. Pelayanan yang diberikan sangat memuaskan. Semuanya cekatan dalam mempersiapkan pesanan.

Bakmi Pak Tomie yang Khas

Percikan api ketika memasak (c) Mei Indriani/TRavelingyuk

Saya lantas memutuskan memesan bakmi. Menurut kokinya, sajian ini merupakan salah satu ciri khas dari Warung Mie Pak Tomie. Saya pun menurut saja dan langsung order satu porsi untuk dimakan di tempat.

Oh ya, cara memasak di sini cukup unik Teman Traveler. Alih-alih gas, mereka menggunakan arang plus bantuan kipas angin modifikasi berukuran kecil. Ketika mie mulai dimasak, di sekitarnya akan tampak percikan api yang jadi daya tarik sendiri. Suasana terasa makin meriah dengan suara wajan dipukul-pukul keras.

Bakmie Pak Tomie (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Kurang dari 10 menit, bakmi pesanan saya sudah siap. Wanginya begitu menggoda, tercium tajam di tengah kepulan asap dari piring saji. Mie yang digunakan berukuran besar. Selain itu, aroma bumbunya juga sangat menggiurkan. Tanpa berlama-lama, saya langsung menyantapnya.

Porsinya lumayan banyak (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Cukup dengan sesendok kuah, saya sudah bisa merasakan ketegasan bumbu bakmi ala Pak Tomie. Rasanya memang nikmat dan bikin ingin segera melahap habis semuanya. Mienya terasa kenyal, sama sekali tidak lembek atau mudah putus. Potongan sayur dan daging ayamnya juga melimpah.

Bikin tak sabar ingin mencoba bukan? (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Seporsi bakmi di sini isinya cukup banyak Teman Traveler, setidaknya untuk ukuran saya. Beberapa kali saya harus mengatur nafas agar bisa melahap satu porsi sampai habis. Untungnya, rasa kuahnya sama sekali tak bikin eneg.

Jelang Maghrib Makin Ramai

Jelang Maghrib pengunjung makin ramai (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Jelang Maghrib beberapa pengunjung sudah mulai ramai berdatangan. Saking padatnya warung, sebagian harus rela menyantap mie pesanan mereka di kursi dan meja yang sudah disiapkan di sisi trotoar.

Proses masaknya cepat meski gunakan arang (c) Mei Indriani/Travelingyuk

Sang juru masak nampak telah menyiapkan beberapa pesanan lain seperti nasi dan mie goreng. Jumlahnya cukup banyak. Sementara itu, sejumlah pramusaji tampak hilir mudik melayani pesanan. Saya sendiri duduk santai, menikmati pemandangann tersebut diselingi percikan arang dan perut yang terasa sangat kenyang.

Bagi Teman Traveler yang merasa kurang nyaman makan di Warung Mie Pak Tomie, bisa mampir ke cabang dua di Kecamatan Sukomoro, Nganjuk. Di sana tempatnya lebih luas. Namun manapun yang kalian pilih, dijamin bakal sulit untuk tidak kembali lagi. Rasa dan aroma mie yang disajikan benar-benar ngangenin. Next

ramadan

Uji Coba Pedestrian Malioboro Supaya Sepi Kendaraan Bermotor ala Car Free Day

Kampung Ketandan Jogja

Eksotisme Kampung Ketandan Jogja, Sempat Viral Diklaim China