Teman Traveler hobi menikmati olahan mie? Maka Warung Mie Pak Tomie wajib kalian sambangi. Tempat makan yang telah berdiri sejak 1980 ini sajikan kuliner mie dengan rasa mantap. Popularitasnya cukup diakui di Nganjuk, kota yang terkenal dengan pecel pincuknya.
Baca juga : Sedekah Bumi di Klenteng Eng An Kiong Kota Malang
Dekat Rel Kereta Api
Saya sendiri kala itu sedang dalam perjalanan menuju Ngawi dan menyempatkan mampir ke Jalan Gatot Subroto no 1, tempat warung Pak Tomie berdiri. Lokasinya tepat berada di tikungan, bisa segera Teman Traveler temukan usai melewati rel kereta api jika berangkat dari arah Kediri.
Bertempat di lapak sederhana mirip kios kecil, kedai ini buka mulai pukul 17.00 hingga 01.00. Kala itu saya datang setengah jam lebih awal dari jam buka. Alhasil, saya harus rela menunggu karena juru masaknya belum datang, Teman Traveler.
Pelayanan Cekatan
Meski warungnya tidak terlalu luas, tempat makan ini dikelola oleh kurang lebih delapan personel. Jumlah tersebut sudah termasuk pramusaji dan tukang masaknya. Saya perhatikan semuanya laki-laki dan rata-rata masih berusia muda.
Semua karyawan di sini mudah dikenali Teman Traveler. Mereka mengenakan kaus kuning mencolok, dengan celana panjang hitam dan peci. Pelayanan yang diberikan sangat memuaskan. Semuanya cekatan dalam mempersiapkan pesanan.
Bakmi Pak Tomie yang Khas
Saya lantas memutuskan memesan bakmi. Menurut kokinya, sajian ini merupakan salah satu ciri khas dari Warung Mie Pak Tomie. Saya pun menurut saja dan langsung order satu porsi untuk dimakan di tempat.
Oh ya, cara memasak di sini cukup unik Teman Traveler. Alih-alih gas, mereka menggunakan arang plus bantuan kipas angin modifikasi berukuran kecil. Ketika mie mulai dimasak, di sekitarnya akan tampak percikan api yang jadi daya tarik sendiri. Suasana terasa makin meriah dengan suara wajan dipukul-pukul keras.
Kurang dari 10 menit, bakmi pesanan saya sudah siap. Wanginya begitu menggoda, tercium tajam di tengah kepulan asap dari piring saji. Mie yang digunakan berukuran besar. Selain itu, aroma bumbunya juga sangat menggiurkan. Tanpa berlama-lama, saya langsung menyantapnya.
Cukup dengan sesendok kuah, saya sudah bisa merasakan ketegasan bumbu bakmi ala Pak Tomie. Rasanya memang nikmat dan bikin ingin segera melahap habis semuanya. Mienya terasa kenyal, sama sekali tidak lembek atau mudah putus. Potongan sayur dan daging ayamnya juga melimpah.
Seporsi bakmi di sini isinya cukup banyak Teman Traveler, setidaknya untuk ukuran saya. Beberapa kali saya harus mengatur nafas agar bisa melahap satu porsi sampai habis. Untungnya, rasa kuahnya sama sekali tak bikin eneg.
Jelang Maghrib Makin Ramai
Jelang Maghrib beberapa pengunjung sudah mulai ramai berdatangan. Saking padatnya warung, sebagian harus rela menyantap mie pesanan mereka di kursi dan meja yang sudah disiapkan di sisi trotoar.
Sang juru masak nampak telah menyiapkan beberapa pesanan lain seperti nasi dan mie goreng. Jumlahnya cukup banyak. Sementara itu, sejumlah pramusaji tampak hilir mudik melayani pesanan. Saya sendiri duduk santai, menikmati pemandangann tersebut diselingi percikan arang dan perut yang terasa sangat kenyang.
Bagi Teman Traveler yang merasa kurang nyaman makan di Warung Mie Pak Tomie, bisa mampir ke cabang dua di Kecamatan Sukomoro, Nganjuk. Di sana tempatnya lebih luas. Namun manapun yang kalian pilih, dijamin bakal sulit untuk tidak kembali lagi. Rasa dan aroma mie yang disajikan benar-benar ngangenin. Next