Pada siang hari, jalan R.E Martadinata Kota Malang adalah ruas lalu lintas yang cukup padat. Selain menjadi jalur utama untuk kendaraan-kendaraan golongan II A, daerah ini juga menjadi pusat perdagangan. Asap solar dan hiruk pikuk pengendara di jalan adalah pemandangan sehari-hari yang begitu familiar.
Baca juga : Wakatobi Wave 2018, Semarak dan Memukau
Di balik keriuhan tersebut, banyak harta karun yang tersembunyi pada sekitaran area ini. Mulai dari pasar tradisional dengan berbagai macam kamera analog bekas, aneka ragam budaya, hingga kuliner lokal yang legendaris seperti tahu Warung Tahu Lontong Lonceng.
Bagian depan warung tahu lontong lonceng [image source]
Nama Lonceng diadaptasi karena pada awalnya tahu lontong ini berjualan di dekat tugu lonceng, yang merupakan hadiah dari gubernur Karesidenan Belanda. Kini lonceng tersebut telah digantikan oleh tugu kecil dengan jam dinding di atasnya.
wajan penggorengan [image source]
Berjalan-jalan di sekitaran Pasar Besar ini bisa menjadi opsi kegiatan seru di hari minggu. Kamu bisa hunting foto atau sekadar berjalan-jalan di sekitar Pasar Besar hingga Klenteng Eng An Kiong. Yang paling wajib tentunya menikmati kuliner di Warung Tahu Lontong Lonceng yang berada di Jalan R.E Martadinata. Warung ini tepat berada di seberang Klenteng Eng An Kiong dan di sebelah Rumah Kematian Panca Budi.
satu porsi tahu lontong [image source]
Tempatnya tak terlalu besar, hanya berukuran sekitar 5 x 3 meter. Di atas pintu masuk hanya ada plakat nama yang dibuat dari triplek dan tulisan stensil dari cat semprot. Meski begitu, tempat ini selalu penuh dengan pelanggan. Dari depan, semerbak wangi aroma campuran tahu dan telur yang digoreng sudah menggoda. Ada dua jenis menu yang ditawarkan, tahu telur dan tahu saja. Pengiringnya bisa dipilih, ingin menggunakan nasi atau lontong.
Cambah dan krupuk adalah toping khasnya [image source]
Secara fisik tidak terlalu jauh berbeda dari tahu lontong pada umumnya. Dalam satu piring pasti ada kecambah, mentimun, dan kerupuk yang tidak pernah ketinggalan. Tapi, setelah bumbu kacangnya menyentuh lidah barulah terasa perbedaannya. Begitu lembut dan legit, tidak terlalu manis tapi juga tidak hambar. Inilah mengapa Warung Tahu Lontong Lonceng tetap bertahan dari tahun 1935 hingga sekarang.
Jikalau ada agenda berlibur ke kota Malang, coba ya datang kemari. Apalagi yang penduduk asli Kota Malang, wajib untuk cicip kuliner legendaris ini.