Warga Keluharan Celaket dihibur pementasan budaya yang bertema Festival Budaya Kampoeng Tjelaket kemarin, Minggu (22/7). Festival yang dimulai sejak hari Sabtu (21/7) ini diadakan dalam rangka memperingati ulang tahun Kelurahan Celaket, Kota Malang, yang ke-27. Beberapa pementasan budaya pun ditampilkan di Lapangan Sasana Krida Budaya Kelurahan Rampal Celaket.
Baca juga : Soto Tangkar Dadang Gang Lamceng, Kuliner Blusukan Jakarta yang Legendaris Sejak 1978
Festival Kampoeng Tjelaket telah diadakan sebanyak enam kali dan keseluruhannya mengusung tema budaya. Hanya saja dalam setiap tahun, konten budaya yang diangkat berbeda-beda.Tahun sebelumya, Festival Kampoeng Tjelaket mengenalkan sekaligus mengedukasi masyarakat tentang bermacam-macam topeng yang ada dalam budaya. “Sedangkan tahun ini kami mengenalkan kepada masyarakat bagaimana sejarah kendang dan perkembangannya dari masa ke masa,” ujar salah satu panitia Festival Kampoeng Tjelaket, Nanang Gustanto.
Melalui salah satu kegiatan diskusi dengan tajuk “Bedhah Kendhang: Dari Relief Hingga Kendang Kini”, para penggiat budaya menceritakan perjalanan kendang tersebut. Dari kendang yang terbuat dari kulit ular, sapi, hingga saat ini juga ada kendang yang tebuat dari mika. “Kendang pun memiliki bermacam-macam jenis. Ada Kendang Jawa Timuran, Kendang Banyuwangian, dan Kendang Bali,” tambah Nanang kepada tim Travelingyuk.
Selain membahas tentang perjalanan kendang, beberapa tari tradisional juga turut ditampilkan guna mengingatkan masyarakat terhadap kekayaan budaya daerahnya. Seperti tari Mahesa Lawung, Kuda Lumping, tari Barong Kucing dan Naga. Budaya tradisional jawa, memang kental dengan kandungan filosofi di dalamnya. Tidak hanya menjadi seni tari, tapi juga memiliki cerita dan pedoman hidup untuk pemirsanya. “Solo tari Mahesa Lawung menceritakan tentang kisah Raja dari makhluk halus,” terang Ketua Sanggar Budaya Kuda Taruna Jati, Supartito.
Cerita tentang kerajaan dan dongeng jawa memang sarat terselip pada seni tari seperti ini. Begitu pula dengan tari barong kucing dan barong naga. Seni tari ini, memiliki topeng dengan corak yang menarik dan kombinasi warna-warna cerah yang menangkap mata. Supartito menceritakan bahwa tari Kucing dan Tari Barong adalah sebuah kisah peninggalan zaman babat alas tanah nusantara. Karena tarian-tarian ini kerap kali digunakan oleh para ulama seperti Sunan Kalijogo untuk menyebarkan dakwah.
Mengingat banyaknya budaya asing yang telah masuk ke Indonesia, akan sangat disayangkan apabila budaya di negeri sendiri menjadi tergerus dan bahkan hilang. Maka itu, pihak penyelenggara Festival Kampoeng Tjelaket menggandeng anak-anak untuk turut serta berpartisipasi mengisi kegiatan budaya ini. “Dengan pemahaman yang kuat terhadap budaya sejak usia dini, kami harapkan dapat menjadi sebuah proses regenerasi untuk budaya di negeri kita,” tutup Nanang.
Bagaimana pemahamanmu terhadap budaya tradisional daerahmu masing-masing? Mempelajari budaya tradisional tidak kalah seru dengan mempelajari budaya asing dari negara-negara sebelah. Next