Yogyakarta dikenal sebagai kota yang kaya akan seni dan sejarah. Ada salah satu candi yang menarik perhatianku dari segi arsitekturnya. Ia adalah peninggalan kerajaan Hindu yang menjadi salah satu warisan UNESCO.
Baca juga : Nenek Yuni, Usia Sudah 65 Tahun Tapi Mampu Taklukkan 9 Puncak Gunung
Komplek candi yang sangat luas di Indonesia ini berada di Jl. Raya Solo – Yogyakarta No.16, Kranggan, Bokoharjo, Kec. Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hanya dengan satu kali menaiki bus transjogja jurusan 1A dan waktu tempuh kurang lebih 1 jam aku sudah sampai di halte Trans Jogja Prambanan. Dari halte aku harus berjalan kurang lebih 2 km menuju pintu masuk Candi Prambanan.
Candi Prambanan adalah yang terluas di Jogja dengan banyak area. Meskipun ada sebagian yang runtuh akibat gempa tetap saja tempat ini menarik perhatian turis domestik maupun mancanegara. Bahkan ada kuncup atau puncak paling atas bangunan salah satu candi yang jatuh akibat gempa. Kuncupnya dipagari dan ada monumen untuk memperingati dahsyatnya gempa di tahun 2006 itu.
Aku membeli tiket seharga Rp 40.000,- untuk memasuki kawasan candi ini. Ada miniatur komplek Candi Prambanan di cafe tempat penukaran voucher welcome drink. Kebanyakan tempat ini digunakan untuk turis beristirahat. Di sini ada minuatur komplek Candi Prambanan dan leaflet mengenai sejarah Candi Prambanan dalam bahasa Inggris, Belanda, Prancis dan Korea.
Dari kejauhan kami sudah melihat megahnya bangunan candi yang tidak punah oleh waktu ini. Aku semakin tidak sabar untuk melihatnya dari dekat. Di sepanjang jalan kamu akan mendengar instrumen lagu khas Jawa yang diputar selama jam operasional Candi Prambanan berlangsung.
Meskipun Yogyakarta kota yang hangat, disini kamu akan merasakan hembusan angin yang sejuk. Mungkin karena letaknya di daerah yang tinggi. Tempat ini juga sangat bersih dan asri. Kami juga baru mengetahui kalau candi-candi di komplek Candi Prambanan ini memiliki nama-nama sendiri.
Uniknya semua candi yang ada di sini dibangun tidak menggunakan semen atau perekat semacamnya. Semuanya terbentuk dari batu yang di pahat. Ini yang menarik perhatian temanku yang berasal dari Filipina karena ia sering mendengar dosennya menyebut nama Candi Prambanan. Ketika kami memasuki candi-candi di komplek ini, sedang ada pemandu wisata yang menjelaskan sejarah kepada turis.
Di dalam beberapa bangunan candi kamu akan melihat patung yang berbeda. Konon patung itu patung persembahan pada jaman kerajaan.
Selain Candi Prambanan yang besar ini, di sini juga ada Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Sewu. Ada satu candi yang direkomendasikan sebagai destinasi wisata di dekat Candi Prambanan juga yaitu Ratu Boko. Sayangnya angkutan menuju Ratu Boko jam 02.30 siang sudah tidak ada. Bisa saja aku mendatanginya dengan berjalan kaki yaitu 3 km. Tapi karena waktu kami terbatas, kami hanya mengelilingi komplek Candi Prambanan dan Candi Sewu.
Saking luasnya butuh waktu seharian rasanya untuk mengelilingi Candi Pambanan dan sekitarnya. Padahal kata driver ojek online yang kutemui di Malioboro keesokan harinya, ternyata aku bisa memesan layanan ojek online untuk mengantar ku ke Ratu Boko dari luar Candi Prambanan.
Langit sudah semakin sore akhirnya kami memutuskan untuk
berpamitan. Untuk jalan pulang aku menggunakan rute yang sama menggunakan bus trans jogja yang aku naiki di halte Trans Jogja Prambanan untuk sampai ke Malioboro.
Di luar pintu Candi Prambanan ada tempat oleh-oleh dari mulai pakaian, makanan maupun aksesoris. Menurut pengalamanku, harganya lebih murah daripada yang aku beli di Malioboro. Jadi bagi yang ingin membeli oleh-oleh, di sini bisa jadi referensi shopping kamu untuk di bawa ke rumah. Next