in ,

Wulla Poddu di Sumba Barat, Beragam Pantangan di Bulan Pahit

Beragam Pantangan Dilaksanakan Penduduk Sumba Barat di Sepanjang Bulan Pahit

Wulla Poddu
Wulla Poddu

Pulau Sumba, termasuk dalam wilayah administratif Provinsi Nusa Tenggara Timur yang tersohor dengan keindahan pantainya. Termasuk salah satu kabupatennya yaitu Sumba Barat. Selain deretan pantai eloknya, Sumba Barat pun sarat akan budayanya. Sebut saja ritual Wulla Poddu, yang dilaksanakan oleh penganut kepercayaan Marapu. Baca yuk ulasan berikut supaya lebih tahu tentang budaya nusantara.

Baca juga : 8 Air Terjun Cantik di Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, Bukti Indonesia Selalu Istimewa

Wulla Poddu

Salah Satu Ritual dalam Wulla Poddu via Instagram @adigerimu
Salah Satu Ritual dalam Wulla Poddu via Instagram @adigerimu

Secara harfiah, wulla berarti bulan dan poddu artinya pahit, namun dalam arti yang dipercaya poddu juga bermakna suci. Sehingga Wulla Poddu bermakna bulan pahit atau suci, terdapat pantangan-pantangan yang jika dilanggar akan mendapat sanksi dari tetua adat. Pada bulan ini pun dilaksanakan sejumlah ritual adat demi bersyukur atas hasil panen selama tahun tersebut, serta untuk memohon berkah agar hasil panen tahun berikutnya bisa melimpah. Wulla Poddu dijalankan oleh penduduk yang menganut kepercayaan lokal Marapu, namun seluruh pantangan dan ritual adat dijalankan oleh seluruh warga Sumba Barat.

Wajib bagi Penganut Marapu

Rumah Adat via Instagram @tonybudiantow
Rumah Adat via Instagram @tonybudiantow

Marapu merupakan kepercayaan lokal di Pulau Sumba, penganutnya berkeyakinan bahwa arwah leluhur bisa melakukan komunikasi dengan Tuhan. Sehingga mereka mengirimkan permintaan kepada Tuhan melalui arwah leluhur dengan upacara adat. Penduduk penganut Marapu menyapa dengan mencium hidung, bukan berjabat tangah atau berpelukan. Mereka tinggal di kampung adat dalam rumah panggung beratap ilalang dengan alas kayu biasa disebut ana uma.

Pantangan saat Bulan Pahit

Ritual Meramal via Instagram @desyaf
Ritual Meramal via Instagram @desyaf

Wulla Poddu umumnya dilaksanakan setiap bulan Oktober sampai akhir November, penentuan waktu pelaksanaan pun dilakukan secara adat oleh tetua adat dengan melihat tanda-tanda alam. Bentuk larangan yang tidak boleh diingkari pun ditentukan dengan suatu ritual, setelah ketemu akan diumumkan. Misalnya tidak boleh memukul gong, tidak boleh meratapi orang mati, tidak boleh melakukan pesta atau kegiatan meriah lain, dan pantangan lainnya.

Ramalan dengan Media Ayam via Instagram @desyaf
Ramalan dengan Media Ayam via Instagram @desyaf

Bahkan untuk tetua adat yang menjalani proses ritual Wulla Poddu, terdapat larangan untuk tidak tidur dengan sang istri, tidak boleh berkata kotor, dan hal-hal tidak baik lainnya. Dengan tidak melanggar pantangan tersebut merupakan bentuk dari ketaatan penganut Marapu, merupakan bentuk rasa hormat dan tanggung jawab kepada leluhur. Pada bulan ini juga pemuda yang sudah akil balik menjalankan sunat, kemudian harus tinggal di alam liar selama beberapa hari untuk melatih hidup mandiri sebagai tanda kedewasaan.

Ritual Adat di Bulan Pahit

Upacara Po'du via Instagram @mujisrv
Upacara Po’du via Instagram @mujisrv

Memasuki Wulla Poddu diawali dengan ritual yang biasa disebut Deke Ana Kaleku, para tetua adat datang ke kampung Geila Koko untuk membaca bulan, serta menyerahkan tas tradisional khas Sumba bernama kaleku berisi sirih dan pinang. Saat itulah Wulla Poddu dimulai. Selanjutnya dilaksanakan ritual cabut rumput disebut Tubba Ruta di gua tempat menyimpan Dinga Leba yaitu guci keramat yang merupakan objek utama pemujaan demi mendapatkan berkat Marapu.

Salah Satu Tarian dalam Acara Adat Wulla Poddu via Instagram @wisatasumba
Salah Satu Tarian dalam Acara Adat Wulla Poddu via Instagram @wisatasumba

Ritual selanjutnya adalah noba yaitu upacara pemujaan, dilakukan dengan menyembelih sejumlah ayam. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana kondisi hasil panen berikutnya dengan melihat bagus tidaknya bentuk usus ayam. Ada juga ritual Toba Wanno, kegiatan bersih-bersih demi menghalau kampung dan penduduknya dari roh-roh jahat.

Rato alias Ketua Adat Marapu via Instagram @marlenalmb
Rato alias Ketua Adat Marapu via Instagram @marlenalmb

Seremoni adat inti dinamakan Sangga Kulla, merupakan pengambilan berkat di gua suci oleh tetua adat dari berbagai kampung di Sumba Barat. Setelah serangkaian upacara ritual Wulla Poddu tersebut selesai dilakukan, puncak perayaan dilaksanakan bernama Kalango Lado yang berlangsung seharian. Salah satu yang dilaksanakan adalah pertunjukan tari di Natara Podu, tempat menyelenggarakan ritual.

Wulla Poddu masih berlangsung sampai bulan November 2018 berakhir, Teman Traveler masih punya kesempatan nih untuk menghadiri sejumlah ritual. Namun tetap harus berlaku baik dan menjaga perilaku selama menyaksikan ya. Apakah di daerah Teman Traveler ada upacara adat serupa? Boleh dong bagi cerita di kolom komentar? Next

ramadan

Pesona 6 Pantai di Pulau Buton, Kamu Harus Lihat Keindahnya yang Berton-ton

Tempat Makan Seafood di Belitung, Bikin Perut Kenyang Setelah Keliling Pantai Seharian