Pancasila adalah ideologi bangsa, dasar negara yang menjadi pegangan hidup mungkin sudah kita hafal di luar kepala. Namun tidak banyak yang tahu soal sejarah dan asal-usulnya. Begitu juga dengan garuda sebagai lambang negara. Jangankan sejarah lengkapnya, siapa penemu dan pencetusnya saja mungkin kamu juga kurang paham. Di Hari Kesaktian Pancasila ini, nggak ada salahnya kita sedikit menyinggung soal Sultan Hamid II, Raja Pontianak terakhir yang telah berjasa menemukan lambang negara.
Baca juga : Waspada Bahaya Rip Current saat Berenang di Laut, Ini Ciri-Ciri dan Cara Menghadapinya
Dia adalah anggota Kesultanan Pontianak yang mewarisi tahta dan berkiprah dalam politik di awal-awal terbentuknya Republik Indonesia. Jika dia adalah orang di balik Garuda Pancasila, tentu Sultan Hamid II sangat berjasa pada bangsa dan negara. Namun karena berbagai hal, sosok bangsawan Pontianak itu seolah-olah terlupakan. Namanya tidak banyak disebutkan dalam buku-buku sejarah. Dan setelah meninggal, ia dimakamkan di Batu Layang. Kompleks makam sultan Pontianak dan keluarganya itu, bisa kamu datangi untuk ziarah dan wisata sejarah. Lalu seperti apa pemakaman Batu Layang tersebut? Berikut ini ulasan selengkapnya.
1. Mengenang Kesultanan Pontianak
Sebelum menjadi kota, Pontianak dulunya adalah kawasan hutan belantara yang dibelah oleh Sungai Kapuas. Seorang putra ulama dari Hadramaut sengaja membuka hutan dan mendirikan pemukiman. Baru sekitar tahun 1778, tujuh tahun setelah membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar, putra ulama itu dikukuhkan sebagai Sultan Pontianak bergelar Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie.
Pada saat Belanda memasuki Pontianak, Kesultanan masih tetap eksis karena melakukan perjanjian dan menjalin hubungan dengan Belanda. Namun setelah Belanda diganyang oleh Jepang. Kesultanan Pontianak meredup, bahkan terjadi pembantaian yang menimpa sultan dan keluarganya. Setelah Indonesia merdeka, pewaris Kesultanan yaitu Sultan Hamid II memprakarsai wilayah-wilayah monarki lain, termasuk Kesultanan Pontianak untuk masuk ke dalam Republik Indonesia.
2. Kompleks Makam Sebagai Salah Satu Warisan Kesultanan
Jejak sejarah dan keberadaan Kesultanan Pontianak di masa silam masih bisa kamu lihat sampai saat ini. Memang tahta tidak diteruskan karena wilayah kesultanan melebur menjadi bagian dari Republik Indonesia. Namun, warisan-warisan berupa Istana Alkadriyah, Masjid Sultan Abdurrahman, hingga pemakaman Batu Layang tetap terjaga hingga saat ini.
Kompleks makam diperuntukkan untuk sultan dan keluarganya dan bukan berupa pemakaman umum. Ada beberapa bagian dan biasanya makam sultan akan disandingkan dengan istrinya. Keberadaan makam membuktikan bahwa Kesultanan Pontianak pernah ada dan mengembangkan pengaruhnya di wilayah Kalimantan Barat.
3. Sekilas Perjalanan Hidup Sang Penemu Lambang Negara
Dialah Sultan Hamid II Alkadrie, seseorang yang mewarisi tahta Kesultanan Pontianak tapi harus berhadapan dengan perjuangan melawan penjajahan. Saat Jepang berkuasa, Sultan Hamid II ditangkap dan dijadikan tawanan karena kecurigaan Jepang pada Kesultanan yang dianggap bersekongkol dengan pihak Belanda. Setelah ayahnya Sultan Syarif Muhammad meninggal karena pembantaian, Sultan Hamid II dinobatkan menjadi Kesultanan Pontianak.
Dengan Adanya proklamasi kemerdekaan, Sultan Hamid II menggabungkan wilayah kesultanannya menjadi bagian dari Indonesia diikuti oleh kerajaan lain di Kalimantan. Saat dibentuk Republik Indonesia Serikat, Sultan Hamid II menjabat sebagai Presiden Negara Kalimantan Barat. Kemudian menduduki beberapa jabatan di pemerintahan seperti menteri negara pada masa Perdana Menteri Mohammad Hatta. Salah satu jasanya yang tidak banyak diketahui orang adalah mendesain lambang negara. Ia memilih garuda sebagai lambang negara karena berbagai alasan.
4. Sultan Hamid II Dimakamkan di Batu Layang
Sultan Hamid II adalah seseorang yang dikenal memiliki pemikiran federal. Menurut sebagian orang, ia menginginkan agar wilayah Kalimantan Barat mendapatkan keistimewaan seperti halnya Yogyakarta. Namun siapa sangka jika niat tersebut dianggap sebagai upaya untuk membelot dan memberontak. Hal itulah yang menjadi salah satu penyebab nama Sultan Hamid II jadi tidak begitu dikenal dalam sejarah perjalanan bangsa.
Ia sempat ditangkap dan dipenjara karena dianggap ikut terlibat dalam pemberontakan APRA. Setelah dibebaskan, Sultan Hamid II tidak lagi terjun dalam dunia politik hingga kematiannya. Sesuai dengan tradisi keluarga, ia dimakamkan di Pemakaman Batu Layang. Sebagai sultan terakhir Pontianak, ia mendapat segenap penghormatan di akhir hayatnya.
6. Tentang Makam Para Raja
Ketika masuk ke area makam, kamu akan menemukan sebuah kesunyian dan keheningan yang begitu syahdu. Ada beberapa area makam baik yang di dalam, maupun di luar pendopo. Misalnya saja makam penguasa pertama Pontianak yaitu Sultan Syarif Abdurrahman, terbuat dari kayu belian bertingkat dua dengan ukiran tumbuhan.
Makam tersebut ditutupi dengan kelambu berwarna merah dan di sampingnya ada makam Puteri Utin Chandramidi yaitu istri dari Sultan Syarif Abdurrahman. Di ruangan lain terdapat area makam untuk keturunan raja mulai dari Sultan Syarif Kasim yang wafat tahun 1819, hingga Sultan Hamid II yang wafat tanggal 30 Maret 1978. Meninggalnya Sultan Hamid II menandakan pemakaman sultan Pontianak terakhir.
Itulah beberapa ulasan tentang makam Batu Layang. Jika kamu ingin berziarah ke sana, datang saja ke daerah Batu Layang, sekitar 15 kilometer dari Muara Sungai Kapuas atau 2 kilometer dari Tugu Khatulistiwa. Next