Mengunjungi salah satu goa di daerah Rajamandala, Bandung Barat. Sanghyang Kenit, namanya. Dibanding dengan Sanghyang Heleut, Goa Sanghyang Poek, hingga Sanghyang Tikoro, nama goa satu ini memang masih baru di jajaran wisata Bandung.
Baca juga : Sambal-sambal khas Nusantara yang Enaknya Bikin Nagih, Sudah Coba yang Mana?
Belum terlalu banyak yang datang berkunjung untuk mengeksplore dalam Sanghyang Kenit. Padahal potensi wisata yang disimpannya sangatlah luar biasa. Penasaran dengan tempat wisata baru ini? Simak ulasan berikut ini.
Keindahan Aliran Sungai Citarum Purba di Sanghyang Kenit
Dibalik keadaan Sungai Citarum yang sudah tercemar, nyatanya ada sebuah aliran tersembunyi penuh dengan segala mitos serta keindahan alamnya. Pemandangan yang begitu megah dengan tingginya dinding-dinding tebing dan banyaknya bebatuan terhampar di depan mata, sejenak akan membuat Teman Traveler takjub.
Ternyata menurut informasi dari salah satu pemandu Kang Dodi, hasil dari terciptanya landscape ini adalah suatu ketidaksengajaan. Dimana semua bebatuan, tebing, hingga goa yang ada saat ini muncul dan tersingkap setelah air dari Waduk Saguling menuju aliran Sungai Citarum Purba, dialihkan ke PLTA Rajamandala.
Biasanya, hanya peneliti serta orang-orang pencinta alam saja yang banyak berkunjung, terutama untuk melakukan arung jeram ketika air sedang besar. Namun, baru sekitar Juni lalu tempat ini secara resmi dibuka oleh dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Sanghyang Kenit.
Cerita Mitos tentang Asal-Usul Sanghyang Kenit
Mengenai asal usul tentang nama Sanghyang Kenit, belum ada kepastian yang jelas. Ada dua mitos terkuat yang berkembang di masyarakat mengenai penamaan lokasi ini. Sanghyang berasal dari kata Sang dan Hyang adalah berarti sesuatu dianggap agung dan luhur.
Sedangkan Kenit/Kedit memiliki arti melingkar. Karena jika diperhatikan dengan baik, bentuk dari Goa yaitu melingkar/bulat. Begitupun ketika aliran Sungai Citarum Purba ketika keadaan normal, arusnya berbentuk melingkar dan berputar.
Ada pula satu mitos lainnya yang berkembang yaitu tentang adanya seseorang keturunan wali bernama Eyang Wastu Lingga, menyembelih hewan kendit sebagai tumbal. Hewan kendit sendiri yaitu seekor kambing berwarna putih memiliki ‘sabuk pinggang’.
Berwarna hitam di badannya ataupun sebaliknya, untuk dijadikan sebagai hewan persembahan di lokasi ini.
Melihat Setiap Sudut Tersembunyi dari Sanghyang Kenit
Teman Traveler bisa melakukan beberapa aktivitas yang ditawarkan pengelola, seperti kegiatan susur goa, arung jeram, atau berjalan santai menyusuri setiap sudut Sanghyang Kenit dengan menapaki bebatuan-bebatuan sepanjang sungai.
Untuk susur goa minimal peserta haruslah 5 orang. Sedangkan arung jeram, tidak bisa dilakukan setiap saat harus menunggu dan melihat kondisi air sedang pasang atau tidak.
Menyusuri Sanghyang Kenit dengan berjalan santai dipinggir sungai. Sambil beberapa kali diajak masuk sejenak melihat ke dalam goa dengan dipandu Kang Dodi.
Batu-batu sepanjang sungai ditapaki lumayan membuat kaki pegal dan lelah. Tetapi dengan pemandangan di sekitar yang indah dan warna air hijau lumutnya, cukup membuat rasa lelah terbayar.
Kegiatan susur goa ini kurang lebih memakan waktu 1,5-2 jam dengan titik terakhir keluar yaitu di Sanghyang Tikoro. Biaya yang dikeluarkan pun cukup murah yaitu 150.000/orang (September, 2019) dengan fasilitas cukup lengkap, berikut pemandu.
Menurut Kang Dodi, aliran sungai ini dapat digunakan untuk berenang dengan alasan batas pencemaran yang ada masih batas wajar dan aman. Hal ini terlihat dengan adanya tempat penyewaan pelampung dan ban yang dibandrol 5.000/jam.
Ada beberapa hammock terpasang diantara selah-selah tebing, sengaja disediakan oleh pengelola untuk Teman Traveler yang berkunjung. Banyak pula beberapa spot menarik di sekitar, tidak boleh terlewatkan untuk diabadikan kamera.
Semakin jauh berjalan mengikuti arah pinggiran sungai, Teman Traveler juga bisa menemukan adanya tiga buah goa lainnya yang disebut dengan goa berjajar karena lokasinya saling bersebelahan.
Memasuki ke dalam goa, disambut dengan warna-warna indah terpancar dari bebatuan, layaknya pelangi. Bentuk-bentuk batuannya pun cukup unik dan menarik. Goa-goa ini bisa dimasuki ketika air sedang surut dengan ditemani pemandu.
Berhubung tempat ini masih baru, fasilitas yang disediakan pun masih dalam kondisi terbatas. Dari mulai area parkir, tempat penjualan tiket, warung makan kecil, hingga kondisi kamar mandi masih dalam keadaan sederhana.
Teman Traveler juga bisa memesan nasi liwet hangat dan kelapa muda disini sambil bersantai di dekat tebing dengan harga yang cukup terjangkau.
Mendengar Semangat Para Pengelola Sanghyang Kenit
Walaupun Sanghyang Kenit merupakan lokasi wisata baru, namun sejak peresmiannya beberapa bulan lalu, sudah banyak wisatawan datang berkunjung, terutama di akhir pekan. Cukup banyak rombongan keluarga yang sengaja datang sambil membawa bekal makanan untuk disantap bersama di bawah tebing-tebing indah ini.
Hal ini pula membuat para pengelola sangat semangat untuk memperkenalkan Sanghyang Kenit lebih luas. Terutama untuk kegiatan susur goa dan arung jeramnya. Kang Dodo sangat berharap pemerintah bisa lebih memajukan lokasi ini.
Begitu pula dengan keinginan untuk diadakannya pelatihan bagi masyarakat sekitar yang berperan sebagai pemandu susur goa atau arung jeram.
Hampir semua pemandu merupakan warga sekitar yang sebenarnya masih minim mengetahui mengenai struktur tebing, pengetahuan tentang geologi dan bebatuan di goa ini. Namun pengelola terus membenahi serta terus belajar secara perlahan untuk mengenal lebih baik pengetahuan tentang seluk beluk goa.
Rute Perjalanan
Untuk Teman Traveler dari luar Bandung, bisa memilih keluar Tol Padalarang untuk menuju daerah Rajamandala dan berbelok ke arah PLTA Saguling. Dari Padalarang dibutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk tiba dilokasi.
Tenang, papan petunjuk menuju Saguling sangat jelas, begitupun dengan petunjuk arah dari Google Maps yang cukup akurat. Semua jalan menuju lokasi sudah teraspal semua, namun kondisi jalannya lumayan hancur. Jadi berhati-hatilah menyetir!
Masih satu jalan raya utama menuju Sanghyang Heleut, Poek dan Tikoro, di sebelah kanan jalan, Teman Traveler bisa melihat baliho berukuran sedang bertuliskan Sanghyang Kenit. Tidak usah heran jika tidak melihat jalan besar utama menuju lokasi, sebab jalan utamanya memang belum ada jalur resmi.
Untuk yang membawa motor bisa masuk hingga ke parkiran utama, jarak sangat dekat dari goa. Jika menggunakan mobil, harus memarkirkannya agak jauh dan dilanjut dengan berjalan kaki sekitar 15 menit. Jalur searah untuk tiba di lokasi pun lumayan sempit hanya cukup satu motor.
Sebab, jalur yang dilalui bukanlah jalan biasa, melainkan sebuah jalan berbentuk cekungan yang sebenarnya mirip dengan tempat aliran air. Maklum, pembangunan askes jalannya masih dalam proses penyelesaian.
Itulah sekilas ulasan tentang Sanghyang Kenit, jika Teman Traveler ingin mencoba wisata adventure baru bisa datang berkunjung ke Aliran sungai citarum purba di Bandung. Next