Jakarta Fashion Week (JFW) 2020 resmi dibuka pada beberapa hari lalu. Event satu ini diikuti oleh banyak desainer ternama Indonesia. Mereka menggunakan tema masing- masing pada rancangan mereka. Mulai dari serba bunga hingga warna monokrom. Nah, ternyata ada beberapa desainer yang mengangkat kain nusantara untuk rancangannya di JFW 2020. Kira-kira siapa saja ya desainer yang dimaksud? Yuk kita lihat saja ulasan di bawah ini.
Baca juga : Mengenal Makna Pakaian Adat Terbaik di Upacara Istana Merdeka
Oscar Lawalata
Di perhelatan pertama Jakarta Fashion Week 2020, Oscar Lawalata sanggup membuat kagum para penonton event tersebut. Dikarenakan ia mengangkat kain nusantara, namun tetap dalam balutan kontemporer bersama para generasi muda Indonesia.
Ini dilakukan untuk mengajak generasi muda Indonesia menjalankan misi budaya dan meneruskan kelangsungan kisah kain nusantara. Selain itu, dirinya juga ingin menunjukkan kepada semua orang tentang bagaimana cara menggunakan batik di zaman sekarang.
Oleh karenanya, ia menggunakan model-model milenial seperti Zara eks JKT 48, Angga Yunanda dan masih banyak lagi. Dari sanalah, ia mempersembahkan semuanya dengan tajuk I am Indonesian the Future : Aku dan Kain.
Novita Yunus
Selanjutnya ada Novita Yunus yang juga mengangkat kain nusantara pada event fashion satu ini. Wanita yang sudah melanglang buana selama 10 tahun di dalam dunia fashion ini memamerkan Batik Chic yang sudah ia rancang dengan baik.
Dilansir dari laman Pacitanku, misi dari batik chic sendiri adalah untuk mempopulerkan batik yang belum banyak dikenal orang. Seperti Batik Pacitan dan Cirebon.
Ada tujuan mengapa ia menggunakan Batik Chic dalam event JFW 2020 ini. Ia ingin semua orang mengenakan batik dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga dirinya akan mempersiapkan model baju yang akan nyaman dipakai oleh masyarakat.
Desainer Lokal NTT ft. Defrico Audy
Ada lagi yang juga turut menggunakan kain asli Indonesia dalam rancangannya. Adalah tujuh desainer lokal Nusa Tenggara Timur (NTT) di bawah binaan Defrico Audy. Mereka menggunakan kain tenun tradisional asal NTT yakni Ikat, Buna dan Sotis. Tak lupa juga mereka menerapkan beragam teknik tenun dan menggunakan kain dengan berbagai motif sehingga bisa memiliki ciri khas masing-masing.
Dengan konsep Beauty of NTT, penggunaan kain ini memiliki tujuan yang sangat mulia. Adalah ingin menumbuhkan perekonomian daerah melalui peningkatan kapasitas Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) dan Kabupaten di NTT. Lalu, para desainer juga ingin memperkenalkan warisan leluhur kepada generasi milenial, yang dibuktikan dengan terlibatnya siswa SMK dalam pembuatan tenun.
Nonita Respati
Kemudian ada juga Nonita Respati yang memamerkan pesona kain tie-dye dari Tanah Batak. Berkolaborasi dengan Humbang Shibori, kain ini ternyata punya keunikan tersendiri di balik pembuatannya. Yaitu menggunakan konsep fashion ramah lingkungan. Mulai dari pemilihan bahan, proses pewarnaan sampai pengolahan limbah. Meski begitu, kain yang dihasilkan sangatlah menarik.
Hasil warna yang didapat berupa gradasi hijau, abu-abu, coklat dan biru. Untuk motifnya sendiri bermacam-macam, ada Kuda Sisingamangaraja XII, Ikan Ihan, Biji Kopi dan Andalima. Itu semua tersaji menjadi sebuah karya cantik, seperti celana sarung, kimono, wrap dress dan jumpsuit kasual dengan kesan mewah.
Sungguh cantik dan menarik karya-karya yang dihasilkan oleh para desainer di atas. Mereka dengan bangganya menggunakan kain nusantara di ajang JFW 2020. Dari sini, kita menjadi tahu kalau kain nusantara ada banyak macamnya dan semakin indah ketika dikombinasikan dengan kain mana pun. Kalau sudah begini, masa’ sih kalian tidak ingin menggunakan kain nusantara? Next