Pakaian adat Lombok adalah salah satu daya tarik budaya yang bisa dinikmati. Lombok memang destinasi wisata favorit yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan, baik lokal maupun luar negeri.
Baca juga : Telaga Biru, Mutiara Tersembunyi di Hutan Merangin
Penggunaan Pakaian Adat Perempuan (Lambung)
Pakaian adat Sasak bagi perempuan disebut Lambung. Baju hitam tanpa lengan dengan kerah berbentuk huruf V dan sedikit hiasan di bagian giigir baju. Pakaian ini menggunakan bahan kain pelung, ditambah selendang yang menjuntai di bahu kanan bercorak ragi genep yang merupakan jenis kain songket khas Sasak. Sepadu dengan sabuk anteng atau ikat pinggang yang dililitkan dan bagian ujungnya berumbai di juntaikan dipinggang sebelah kiri.
Bawahannya memakai kain panjang atau kain tenun Songket khas Lombok yang dililitkan sampai lutut atau mata kaki dengan bordiran di tepi kain bermotif kotak-kotak atau segitiga. Penggunaannya sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
Sebagai tambahan aksesoris, ditambahkan sepasang gelang tangan dan gelang kaki berbahan perak, sowang atau anting-anting berbentuk bulat terbuat dari daun lontar. Rambut diikat rapi dan sebagai aksen diselipkan bunga cempaka dan mawar, atau bisa juga disanggul dengan model punjung pliset.
Pakaian Adat Pria (Pegon)
Pakaian adat Lombok untuk pria sering disebut Pegon. Terdiri dari Cappuq atau Sapuk, merupakan mahkota yang ditaruh di atas kepala. Mahkota digunakan sebagai lambang penghormatan pada Tuhan Yang Maha Esa. Pegon merupakan baju yang mendapat pengaruh adat Jawa dan mengadopsi model jas Eropa. Untuk memudahkan pemakai, biasanya ada celah terbuka di bagian belakang Pegon.
Leang atau Dodot, yaitu kain songket yang berfungsi untuk menyelipkan keris. Kain ini digunakan dengan cara melilitkannya di pinggang. Kain songket yang digunakan beragam motifnya, ada Subahnale, Keker, dan Bintang Empet
Kain dalam dengan wiron, yaitu jenis kain yang digunakna sebagai penutup tubuh bagian bawah yang dililitkan dari pinggang hingga sebatas mata kaki dengan ujung tengah lurus menjuntai ke bawah. Dalam penggunaan kain wiron tidak diperkenankan untuk memakai kain polos berwarna putih atau merah, melainkan kain bermotif khas Lombok dengan campuran motif batik Jawa.
Untuk perlengkapan pendukung ada keris dan selendang Umbak. yaitu sapuk yang khusus diperuntukkan bagi para pemangku adat atau pengayom masyarakat. Pembuatannya dilakukan dengan ritual khususu dalam keluarga sasak. Jenis kain yang digunakan umumnya berwarna merah dan hitam dengan panjang berkisar empat meter yang dihiasi dengan kepeng bolong.
Waktu Pemakaian Baju Adat
Pakaian Lambung ini biasanya digunakan gadis-gadis Sasak pada waktu menyambut kedatangan tamu dan saat tengah melaksanakan upacara adat yang dikenal dengan nama Mendakin atau Nyongkolan.
Dengan pakaian adat suku sasak, bisa menarik minat wisatawan untuk datang dan melihat keunikan yang ada di Lombok, melalui pakaian ini mencerminkan adanya tradisi unik dari kehidupan Suku Sasak Lombok.
Lambang Pakaian Adat Sasak
Cappuq atau Sapuk, sebagai lambang penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, penggunannya juga dimaksudkan untuk menjaga pemikiran pemakaianya dari hal-hal kotor dan tidak baik. Pegon, sebagai lambang keagungan seorang pria dan kesopanan sikap kepada sesama. Leang atau Dodot, sebagai lambang semangat dalam berkarya, pengabdian kepada Orang Tua dan masyarakat.
Kain dengan Wiro, sebagai lambang kerendahan hati dan sikap tawadhu’ yang harus dimiliki setiap masyarakat Suku Sasak. Keris, dalam ataurannya penggunaan keris sebagai lambang adat bagian mukanya harus menghadap kedepan sebagai lambang kesatria, jika terbalik maka bermakna berperang atau siaga. Selendang Umbak, sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan bagi pemakainya. Next