Di era global ini, banyak pasar didesain modern dengan fasilitas dan tampilan yang membuat pengunjung nyaman untuk belanja. Dengan adanya pasar modern, tak menyurutkan masyarakat untuk tetap berbelanja di pasar tradisional.
Baca juga : Spot Foto Baru di Floating Market Lembang, ada Sentuhan Jepang yang Bikin Nggak Mau Pulang
Contohnya masyarakat Bandongan, Magelang, Jawa Tengah. Mereka membuka pasar tradisional yang tentunya berbeda dengan pasar tradisonal lainnya. Fasilitas yang ditawarkan pun nyaman untuk para pengunjung.
Jika kamu sedang berjalan-jalan di Kabupaten Magelang, tidak ada salahnya untuk berkunjung ke Pasar Kebon Watu Gede. Pasar ini menawarkan nuansa wisata yang berbeda dan memadukan wisata kuliner, wisata alam, serta wisata seni budaya tradisonal.
Lokasi Pasar Kebon Watu Gede
Pasar Kebon Watu Gede terletak di Dusun Jetak, Kelurahan Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Saat memasuki
area pasar, pengunjung akan disambut dengan udara sejuk dan pemandangan pegunungan yang indah.
Dengan suasana yang asri rumpun bambu dan rimbunnya pepohonan yang merindangi di sekitar lokasi. Serta di sepanjag jalan terdapat spot foto yang unik. Teringat pada zaman dahulu saat memasuki dalam pasar, kamu akan disambut dengan para petugas pasar yang mengukan pakaian tradisional Jawa.
Alat transaksi di Pasar kebon Watu Gede yang unik
Jangan kaget saat membeli makan dan pernak-pernik di pasar ini, uang
rupiah tidak berlaku. Tapi tak perlu khawatir dan bingung mencari alat pembayaran di pasar ini. Di pasar ini, semua pengunjung menggunakan alat transaksi bernama ‘benggol’, seperti kembali ke zaman dulu yang menggunakan uang kuno untuk transaksi.
Kamu bisa menukarkan uang rupiah ke petugas di loket saat memasuki area pasar. Harganya pun juga murah, per kepingnya dibanderol sebesar Rp2.000 saja. Jika kamu tidak menggunakan benggol seluruhnya, dapat disimpan untuk digunakan kembali saat berkunjung lain waktu.
Tidak buka setiap hari
Sayangnya, Pasar Kebon Watu Gede tidak buka setiap hari. Mereka akan beroperasi pada hari Minggu Legi dan Minggu Pahing. Kamu bisa berkunjung ke sini mulai dari jam 06.00 WIB sampai jam 12.00 WIB.
Nah, sebaiknya kamu datang pagi hari agar tidak kehabisan kuliner yang ditawarkan oleh para penjual. Dan jangan terburu-buru untuk pulang, karena di sini juga akan menampilkan pertunjukan kesenian musik dan tarian.
Menyajikan beragam kuliner tradisional
Karena mengusung konsep tempo dulu, tidak hanya alat pembayaran namun kamu juga bisa menemui berbagai ornamen serta peralatan yang digunakan oleh para pedagang berupa alat-alat tradisonal. Para pedagang menggunakan lincak bambu dan peralatan makan juga menggunakan alat tradisional.
Seperti piring dan mangkok gerabah atau piring berotan anyaman bambu, gelas dari batang bambu, mangkok dari batok kelapa dan sendok terbuat dari kayu maupun batok kelapa.
Para pedagang menawarkan beragam kuliner jadul yang dijual di pasar ini. Mulai dari makanan tradisional kluban, buntil, sego jagung, nasi rames, soto, pecel, aneka baceman, bubur, sate, clorot, dan lain-lain.
Tak lengkap rasanya bila sesudah makan tidak ada minumnya. Para pedagan pun juga menawarkan aneka minuman tradisonal. Beberapa di antaranya adalah wedang jahe, selendang mayang, es cendol, es dawet, es degan, es serut, dan masih banyak lainnya.
Selain itu, penjual berdandan ala masyarakat Jawa di masa lalu. Untuk pria memakai blangkon dan berpakaian tradisional. Sedangkan untuk wanita menggunakan pakaian batik dan sanggul. Dan para penjual akan menawarkan dagangannya dengan sangat ramah. Next
Tips saat berkunjung ke Pasar Kebon Watu Gede
- Datang lah lebih awal agar tidak terlalu jauh untuk memarkirkan kendaraan dan belum terlalu padat pengunjung.
- Gunakan pakaian senyaman mungkin.
- Sebaiknya membawa tas atau wadah untuk membungkus oleh-oleh karena pedagang tidak menyediakan tas plastik. Mereka hanya menyediakan tas ayaman yang terbuat dari bambu yang bertujuan untuk mengurangi menggunaan kantong plastik. Dan kamu bisa membeli tas itu di sini.
- Membawa air minum.