in ,

Belanja Kuliner di Pasar Ini Serasa Kembali ke Tempo Dulu

Pasar Papringan.

Pasar adalah tempat yang mudah ditemukan hampir di mana-mana. Bentuknya pun beragam, ada yang modern dengan gedung tinggi mencakar langit atau pasar tradisional dengan segala ciri khasnya. Berikut ini adalah pasar yang bernuansa tempo dulu. Datang ke sini pasti akan seru!

Baca juga : Telaga Rambut Monte Blitar, Yuk Sapa Ikan Dewa di Rumahnya

1. Berada di Pekarangan Bambu

Pasar Papringan.
Pasar Papringan. [image source]
Pasar ini berada di antara rerimbunan pepohonan bambu di Desa Ngadimulyo, Kedu, Temanggu, Jawa Tengah. Papringan berasal dari kata pring dalam bahasa Jawa yang berarti bambu.

2. Dulunya tempat pembuangan sampah

Pasar Papringan.
Pasar Papringan. [image source]
Dahulu tempat 2.500 meter persegi ini merupakan lokasi pembuangan sampah warga setempat. Dilatari rasa kepedulian terhadap lingkungan, komunitas Mata Air dan masyarakat sepakat menyulapnya menjadi pasar tradisional.

3. Buka setiap Minggu Wage dan Pon

Pasar Papringan
Pasar Papringan [image source]
Pasar ini tidak buka setiap hari, melainkan setiap Minggu Wage dan Pon sesuai penanggalan Jawa. Atau bukanya setiap dua pekan sekali mulai pukul 06.00 sampai 12.00 Wib. Tak heran, apabila pasar ini selalu dipadati pengunjung karena jarang buka. Saat pertama buka Mei 2017 saja telah dikunjungi 1.000 orang.

4. Yang dijual Kuliner Tradisional Lokal

Dawet Pasar Papringan.
Dawet Pasar Papringan. [image source]
Ada 42 lapak yang digelar pedagang dari warga sekitar. Sebagian menjual beraneka macam kuliner lokal yang kini mulai jarang dijumpai. Misal saja nasi jagung, mangut, jamu, dawet anget khas Ngadiprono, jajanan pasar, serta yang paling khas adalah makanan bernama Nglemeng. Yaitu campuran ubi dan gula merah yang dimasukkan ke dalam batang bambu dan dimasak dengan cara dibakar. Ada pula yang menjual souvenir berupa kerajinan tangan produksi masyarakat sekitar.

5. Transaksi Tidak Pakai mata Uang

Uang bambu.
Uang bambu. [image source]
Uniknya, pengunjung dan pedagang di tempat ini diwajibkan bertransaksi menggunakan kepingan uang berbentuk persegi panjang yang terbuat dari bambu. Setiap keping bernilai Rp 2.000 yang dapat ditukarkan di berbagai titik di dalam komplek pasar papringan.

6. Disukai Turis Asing

Turis di Pasar Papringan.
Turis di Pasar Papringan. [image source]
Pengunjung tidak saja masyarakat. Banyak pula yang berasal dari luar daerah seperti Bali dan Surabaya. Bahkan tidak sedikit turis asing seperti dari Thailand, Amerika Serikat, dan Jepang. Mereka antusias karena belum pernah melihat pemandangan serupa di negaranya.

7. Pedagang Untung Banyak

Pasar Papringan.
Pasar Papringan. [image source]
Pedagang senang dengan adanya pasar ini. Mereka menjual kuliner lokal dengan harga murah. Satu porsi nasi jagung hanya seharga dua keeping. Kalau ditambah lauk lain seperti telur dan tahu seharga empat keeping. Sehari berjualan pedagang bisa dapat 110 keping koin bambu.

Kamu tertarik? Silakan datang saja setiap hari Minggu Wage atau Pon. Next

ramadan
Pulau Benan

Pulau Benan, Bali Kecil Nan Eksotis di Kepulauan Riau

Wisata di Pedalaman Australia, Melihat Kanguru dan Melintasi Savana