Jogjakarta adalah daerah istimewa yang lekat dengan tradisi Jawa. Keberadaan keraton yang masih eksis menjadi simbol pelestarian budaya yang adiluhung. Sultan Hamengkubuwono tidak hanya berperan sebagai gubernur, tapi juga penjaga warisan luhur agar tetap lenggeng selamanya. Salah satu upacara yang unik dan dilakukan oleh pihak keraton adalah tradisi apeman. Kue atau jajanan yang memiliki makna mendalam bagi sebagian masyarakat Jawa terutama Jogja.
Baca juga : Wisata di Padang Panjang, Destinasi Wisata Asik untuk Liburan Akhir Tahun
1. Rangkaian Peringatan Jumenengan Sultan
Tradisi apeman biasanya dilakukan sebagai salah satu dari rangkaian peringatan bertahtanya sultan. Atau sebutan lainnya adalah Jumenengan. Saat waktunya tiba, berbagai pihak yang ada di dalam keraton terlibat dalam pembuatan apem. Dimulai dengan ngebluk jeladren atau membuat adonan. Kemudian ngapem, yaitu memasak adonan tersebut hingga membentuk apem berukuran besar. Nantinya, kuliner ini akan digunakan untuk berbagai macam keperluan.
2. Apem Mustaka yang Istimewa
Apeman dipimpin langsung oleh permaisuri sultan dan diikuti oleh keluarga keraton lainnya, termasuk para putri. Ada dua jenis apem yang dibuat untuk keperluan upacara. Yang pertama adalah apem mustaka, ukurannya lebih besar. Kemudian ada apem dengan ukuran lebih kecil, jumlahnya mencapai ratusan. Semuanya dibuat sendiri oleh anggota keluarga Keraton Yogyakarta Hadiningrat.
3. Kue Khas Buatan Para Ratu
Khusus untuk apem mustaka dibuat sendiri oleh Permausuri yaitu Gusti Kanjeng Ratu Hemas, dibantu putri-putri lain dan abdi dalam tertentu. Lalu apem mustaka akan ditata hingga setinggi badan sultan. Saat tiba hari sugengan atau syukuran, makanan itu akan dibagikan pada para pangeran hingga petinggi-petinggi keraton. Kemudian juga bisa dijadikan oleh-oleh untuk bupati dan juru kunci saat ritual labuhan keesokan harinya.
4. Makna Tradisi Apeman
Apem sendiri memiliki makna yang berhubungan dengan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga traidisi-tradisi yang berkaitan dengan keselamatan, kelahiran, kematian dan lain sebagainya, selalu menggunakan apem sebagai hidangan syukuran.
Itulah beberapa ulasan tentang tradisi apeman di Keraton Jogjakarta. Apakah di tempat tinggalmu juga ada budaya yang serupa? Ceritakan di kolom komentar ya. Next