in , ,

Bantengan Seni Tradisional Jawa Timur, Mistis Namun Penuh Filosofi

Kesenian tradisional bantengan bisa membuat kesurupan yang melihat

Jawa Timur memiliki banyak ragam seni budaya yang berkembang di masyarakat. Salah satunya adalah kesenian bantengan, seni tradisional ini menggabungkan tari, olah kanuragan, musik, serta mantra bernuansa mistis namun penuh filosofi. Penasaran apa saja? Yuk, ikuti perjalanan dibawah ini.

Baca juga : Menengok Surga Kecil di Sumbawa, Pulau Tropis yang Tenang

Merupakan Kesenian yang Lahir Dari Perguruan Pencak Silat

img_20191024_151512_Vfx.jpg
Atraksi pencak silat via instagram @haidarelfarouq07

Kesenian bantengan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Singosari. Hal ini dibuktikan dari adanya relief di Candi Jago, Tumpang, Malang, Jawa Timur yang menggambarkan harimau (macan) melawan banteng. Sedangkan di sisi lainnya, juga terdapat gambar tarian menggunakan topeng banteng.

Lahirnya kesenian ini bermula dari perguruan pencak silat yang digunakan sebagai hiburan pemainnya. Ada yang menyebutkan juga bahwa bantengan merupakan bentuk kamuflase untuk mengelabuhi penjajah Belanda yang melarang keras perguruan tersebut.

Kini, bantengan berkembang pesat di berbagai daerah Jawa Timur. Seperti di kawasan pegunungan Bromo Tengger, Welirang, Arjuno, dan Raung Argopuro. Sedangkan kelompok bantengan paling terkenal bisa Teman Traveler jumpai di Batu, Malang dan Pacet, Mojokerto.

Setiap kelompok bantengan memiliki ciri khas tersendiri dalam pementasannya. Unsur pencak silat biasanya terdapat pada bagian pembukaan pertunjukan sebagai ‘tunjuk keahlian’.

Hiburan Rakyat yang Menceritakan Perlawanan Terhadap Keburukan

lrm_export_84512464335729_20190806_175324276_xyO.jpg
Perlawanan banteng via instagram @gumarangsekti_

Seni Tradisional Jawa Timu Bantengan ini sudah ditetapkan sebagai warisan budaya. Merupakan pertunjukan cerita rakyat melawan keburukan, yang diperankan dalam sosok binatang.

Selain itu juga terdapat tokoh pengganggu yang memicu perlawanan semakin sengit. Yaitu sosok kera yang digambarkan sebagai wujud sifat kikir dalam diri manusia.

img_20191024_151558_slU.jpg
Pertarungan macan dan banteng via instagram @haidarelfarouq07

Dalam alur ceritanya, banteng dan macan akan selalu bertarung ketika bertemu. Sedangkan monyet menjadi tokoh provokator yang selalu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Permainan ini selalu dimenangkan oleh banteng, dimana memberikan pesan moral bahwa kebaikan akan selalu mendapatkan kemenangan.

Menjiwai Peran Hingga Kesurupan

img_20191023_231512_bZm.jpg
Pemain dalam kondisi trans / via instagram @bantengkembar

Kesenian bantengan dimainkan oleh dua orang dalam satu grup yang membentuk satu badan banteng.  Dimana satu orang menjadi kaki depan dan memegang kepala, sedangkan lainnya menjadi kaki belakang sebagai badan banteng. Keduanya bergerak kompak seperti satu tubuh, jiwa, dan roh.

img_20191023_231620_I7Y.jpg
Pemeran macanan / via instagram @bantengkembar

Permainan semakin seru ketika memasuki tahap ‘Trans’ atau kesurupan, yaitu kondisi masuknya arwah leluhur ke dalam tubuh pemain bantengan. Pemain bantengan pemegang kepala biasanya menjadi sang misteri yang mengalami kesurupan.

Hal yang sama juga bisa terjadi pada pemain lainnya ketika mereka sangat menjiwai perannya masing-masing. Dalam kondisi ini, gerakan pemain menjadi tidak terkendali dan agresif, namun menjadi daya tarik paling ditunggu-tunggu oleh penonton.

Kesurupan ini bisa meningkat jika ada penonton yang berlaku buruk, seperti berkata kasar ataupun bersiul akan memancing amarah banteng semakin ‘menjadi’.

Penonton bisa saja dikejar oleh pemain banteng yang kesurupan dan menjadi sasaran amukannya. Sangat mengerikan, bukan? Tak hanya pemain, para penonton juga bisa  mengalami kesurupan ketika mereka sangat mendalami pertunjukan tersebut.

Unsur Leluhur Adalah Bagian Terpenting Dalam Kesenian Bantengan

img_20191023_231545_25M.jpg
Pendekar yang sedang mengendalikan pemain kesurupan via instagram @bantengkembar

Selain tokoh pemeran diatas, dalam gebyak atau pertunjukan bantengan juga dilengkapi tokoh pendekar dan sesepuh (orang yang dituakan). Pendekar adalah orang yang mengendalikan banteng dengan membawa cambuk atau pecut. Sedangkan sesepuh adalah orang yang memanggil dan mengembalikan arwah leluhur banteng.

img_20191025_095132_hhz.jpg
Salah seorang sesepuh bantengan via instagram @gumarangsekti_

Bagian terpenting dari gebyak adalah upacara ritual sebelum acara dimulai. Ritual ini dilakukan untuk meminta izin pementasan bantengan kepada arwah leluhur setempat serta memanggil arwah leluhur bantengan.  Dalam upacara ini digunakan sesajian untuk menyeleksi arwah leluhur yang datang dan memohon keselamatan.

Ragam Sesajian Bantengan yang Penuh Makna

img_20191023_231638_DEr.jpg
Upacara ritual serta sesajian via inatagram @bantengkembar

Sesajian bantengan merupakan alat komunikasi dengan arwah leluhur serta manisfestasi kepercayaan. Adapun sesajian yang diberikan meliputi kelapa, pisang, beras, badek, susur, satu batang rokok, satu bungkus bedak, satu butir telur ayam kampung, kacang merah, kembang boreh, joroh, uang sesaji sebesar Rp. 500,-, bumbu dapur lengkap, kemenyan, dupa, dan kaca.

Bukan sembarang hidangan, sesajian bantengan sangat sarat makna. Buah kelapa dilambangkan sebagai lahan kering dan pisang bermakna persaudaraan antar warga.

Sedangkan beras, badek, susur, rokok, bedak, telur ayam kampung, kacang merah, kembang boreh, joroh, dan kaca mempunyai makna penghormatan bagi leluhur serta menjadi makanan bagi orang yang kesurupan.

Kesenian Bantengan Mengandung Banyak Nilai Moral Kehidupan

img_20191025_093528_3mz.jpg
Kesenian tradisional yang kental akan nilai budaya dan religi yang berkembang dalam masyarakat via instagram @gumarangsekti_

Selain nilai budaya, seni bantengan juga mengandung banyak nilai moral yang dijadikan pedoman kehidupan. Diantaranya adalah nilai religius yang terkandung dalam mantra serta bacaan shalawat dalam pementasan, nilai kepercayaan terhadap adanya makhluk ghaib, serta nilai sosial dalam bermasyarakat mengenai kebaikan maupun keburukan.

Itulah hal menarik kesenian bantengan asli Jawa Timur. Sebagai generasi muda, penting bagi kita untuk terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya secara berkelanjutan.  Bagaimana Teman Traveler, berani menyaksikannya? Next

ramadan

Alami Culture Shock Saat Traveling? Hadapi dengan 5 Cara Ini!

Rupa Rupi Handicraft Market, Tempatnya Berburu Pernak Pernik Unik di Bandung