Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri merupakan salah satu ritual adat yang terus dilestarikan di wisata Jogja tepatnya kawasan Pantai Selatan. Setiap tahun selalu digelar meriah dan makin wah. Tradisi ini dilaksanakan di Pedukuhan Mancingan, Kelurahan Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Seperti apa? Yuk, simak ulasannya.
Baca juga : Pertunjukan Seni Boneka di Asia, Bikin Liburan Makin Berkesan
Persembahan pada Alam
‘Bekti’ dapat dimaknai sebagai berbakti, ‘pertiwi’ adalah bumi, ‘pisungsung’ bisa diartikan persembahan, sementara ‘jaladri’ ialah samudera atau laut. Secara keseluruhan, tradisi ini dapat dianggap sebagai bakti pada ibu pertiwi atau ungkapan syukur atas berkah dari alam semesta.
Dalam Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, masyarakat Mancingan mewujudkan ucapan terima kasih dengan melarung ubarampe (kelengkapan hajatan) ke lautan. Berkah yang disyukuri sendiri macam-macam bentuknya, mulai panen, hasil berdagang, hingga tangkapan ikan.
Tradisi Turun Temurun Sejak 1989
Tradisi Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri berlangsung turun temurun sejak tahun 1989an, bagi warga yang tinggal di kawasan Pantai Parangtritis. Kebiasaan yang diwariskan para leluhur ini awalnya dilaksanakan secara
sederhana. Namun seiring berjalannya waktu, penyelenggaraannya makin meriah dan semarak. Tak sedikit pula wisatawan Nusantara dan mancanegara yang menantikannya.
Upacara Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri edisi paling akhir sedikit berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena ada misi khusus. Ialah meminta perlindungan kepada Tuhan agar masyarakat sekitar aman dari bencana gempa serta tsunami.
Ketika upacara sedang digelar, semua warga Mancingan bersepakat untuk tidak membuka toko, kios, dan warung. Begitu pula dengan para petani dan nelayan, mereka kompak meliburkan diri agar bisa fokus mengikuti jalannya upacara persembahan untuk alam.
Diawali Doa Bersama di Pendopo Parangtritis
Rangkaian upacara diawali dengan ngguwangi atau memberikan sesajen di tempat-tempat yang dianggap sakral. Persembahan tersebut diletakkan dalam wadah kecil terbuat dari pelepah pisang dan bambu. Selanjutnya prosesi dilanjutkan dengan kenduri massal yang diikuti oleh warga setempat.
Setelah selesai, prosesi dilanjutkan dengan andrawina alias makan bersama. Tak lama berselang, warga bersiap melaksanakan kirab gunungan dari hasil bumi dan berbagai ubarampe lain, yang nantinya akan dilarung di laut. Arak-arakan ini dimulai dari Pendopo Pantai Parangtritis.
Upacara Berakhir di Parangkusumo
Di bawah terik matahari, dengan menggunakan pakaian adat lengkap arak-arakan warga mulai berjalan menyusuri tepian pantai. Rombongan dipimpin oleh kawanan berkuda, menyusuri pesisir sebagai wujud permohonan ijin pada Ratu Kidul dan Panembahan Senapati. Ritual ditutup dengan melarung sesaji ke lautan.
Masyarakat yang mengikuti upacara ini diwajibkan mengenakan pakaian adat Jawa. Mereka juga harus membawa makanan yang disajikan dalam sudi, isiannya berupa nasi beserta lauk pauk. Semuanya bakal dilabuh ke lautan.
Kegiatan unik dari upacara adat Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri adalah warga ikut menceburkan diri ke laut untuk mengambil sesaji. Hal ini diyakini akan membawa keberkahan tersendiri. Tak heran jika suasana bakal makin semarak menjelang upacara berakhir.
Itulah sedikit pengalaman saya menyaksikan Bekti Pertiwi Pisungsung Jaladri, sebuah upacara syukur yang unik dari sekitar kawasan Bantul. Buat Teman Traveler yang ingin melihat langsung uniknya warisan budaya lokal, jangan lewatkan tradisi ini ketika sedang liburan di Jogja ya.