Bori Kalimbuang, Bebatuan Unik Berumur Ratusan Tahun di Toraja

Toraja selalu menjadi topik saat sedang membicarakan liburan. Bagaimana tidak, kabupaten ini memiliki segudang destinasi yang sayang untuk dilewatkan. Mulai dari wisata alam hingga budaya dan adat, semuanya ada di sini. Salah satunya adalah Bori Kalimbuang di Jalan Bori, Kecamatan Sesean. Seperti apa tempatnya? Yuk disimak ulasannya.

Baca juga : Jajanan Tradisional Entog-Entog, Si Bulat Imut Berbahan Jagung yang Enak dan Mengenyangkan

1. Hamparan Menhir Sepanjang Mata Memandang

Bori Kalimbuang berjarak 8 kilometer dari Rantepao, Ibukota Kabupaten Toraja Utara. Di sini, kamu bisa menemukan berbagai macam menhir dengan berbagai ukuran. Tempat ini sejatinya merupakan kompleks pemakaman batu. UNESCO juga menetapkannya sebagai salah satu dari sembilan objek wisata warisan dunia.

2. Rante Kalimbuang, Kawasan Upacara Pemakaman Adat

Di dalam Kompleks terdapat satu area bernama Rante Kalimbuang. Kawasan ini merupakan tempat untuk mengadakan upacara penguburan adat, yaitu Rambu Solo’. Di sini kamu bisa melihat berbagai bangunan penunjang saat pemakaman berlangsung, seperti Lakkian (tempat mayat disemayamkan), Sarigan (usungan jenazah), Balakkayan (panggung membagi daging kurban), dan lainnya.

3. Rapasan Sapurandanan, untuk Menghormati Pemuka Adat

Proses Rambu Solo’ dilengkapi dengan menhir, juga dikenal sebagai simbuang batu dalam bahasa lokal. Benda ini didirikan untuk menghormati pemuka adat ataupun bangsawan yang meninggal. Membangunnya pun tak bisa sembarangan. Harus melalui upacara adat bernama Rapasan Sapurandanan. Prosesinya menggunakan kerbau untuk dikurbankan minimal 24 ekor.

4. Bebatuan Berumur Ratusan Tahun

Objek wisata ini memiliki banyak bebatuan dengan usia mencapai ratusan tahun. Menhir pertama didirikan pada tahun 1657 silam, dimana ada 100 ekor kerbau yang dikurbankan. Batu ini diambil dari gunung dan dibentuk oleh seorang ahli pahat dengan julukan To’mapa. Prosesnya pun memakan waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan.

Prosesi pemakaman yang berat ini bahkan membutuhkan tenaga serta partisipasi warga sekitar. Namun, begitulah cara mereka menghargai tetua dan leluhur. Semangat gotong royong dan kekeluargaannya masih terjaga dan mengakar hingga sekarang. Liburan di Toraja dijamin penuh manfaat. Yuk berangkat! Next