in ,

Aneka Kuliner untuk Tradisi Jawa, Salah Satunya Bubur Suro di Tahun Baru Islam

Beragam jenis bubur yang digunakan di acara adat dan sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Jawa.

Aneka bubur yang digunakan sebagai tradisi Jawa
Aneka bubur yang digunakan sebagai tradisi Jawa

Kebudayaan Jawa memiliki berbagai macam tradisi untuk dibahas. Tradisi tersebut dilakukan untuk memaknai segala macam aspek di kehidupan. Dari cara berperilaku, berpakaian, hingga memiliki makna yang mendalam. Salah satu contohnya pada Tahun Baru Islam atau biasa disebut bulan suro. Perayaan 1 Suro ini merupakan perayaan yang dilakukan secara turun temurun. Salah satu kuliner yang selalu ada di perayaan ini adalah bubur suro. Nah, kali ini Travelingyuk akan menjabarkan aneka bubur yang dijadikan sebagai tradisi masyarakat Jawa. Berikut deretannya!

Baca juga : Wisata Malang untuk yang Gagal Mudik, Yuk Usir Kebosanan

Bubur Suro

Bubur suro perayaan 1 suro
Bubur suro perayaan 1 suro Via Instagram/sandraasilvera

Bahan dasar bubur suro ini terbuat dari beras, santan, jahe, sereh, dan garam. Bubur suro ini juga melambangkan penghormatan kepada para leluhur. Tak hanya buburnya, lauknya pun juga memiliki makna. Hal unik yang ada pada saat perayaan adalah menggunakan kembar mayang sebagai pelengkap. Kembar mayang sendiri merupakan 2 vas bunga yang masing-masing berisi 7 jenis bunga beserta dedaunan.

Bubur Merah Putih

Beras Merah Putih
Beras Merah Putih Via Instagram/yayibayu

Bubur merah putih ini juga biasanya disajikan untuk penghormatan juga harapan dari orang yang memiliki hajat agar mendapat restu dan keselamatan. Bubur merah putih juga biasanya dibagikan kepada tetangga agar ikut merasakan kebahagiaan dan ikut mendoakan kesehatan bagi yang bersangkutan. Filosofi bubur merah putih ini melambangkan keberanian dan kesucian. Bubur ini sering dibuat untuk acara-acara tradisi tertentu terutama yang berkaitan dengan kelahiran bayi.

Bubur Manggul

Bubur Manggul
Bubur Manggul Via Instagram/rasasayange

Bubur ini berwarna putih, ditaburi denga kacang-kacangan seperti kedelai hitam goreng, kacang tanah, abon, dan juga sambal goreng tempe. Biasanya kuliner tradisional ini dapat ditemukan setiap menjelang satu Muharram dalam penanggalan Hijriyah. Kata “Manggul” sendiri memiliki filosofi yang artinya memanggul beban. Hal ini mengingatkan kepada anak dalam satu keluarga agar selalu menjunjung tinggi kehormatan orang tua.

Bubur Sumsum

Bubur Sumsum
Bubur Sumsum Via Instagram/hobimasak.id

Bubur sum-sum ini pasti sudah tidak asing lagi di telinga Teman Traveler. Bubur sumsum biasa dikonsumsi sehari-hari dan tidak sulit untuk menemukannya. Bubur ini juga memiliki khasiat untuk mengembalikan stamina setelah lelah menyelenggarakan perayaan adat, atau acara pernikahan sekalipun. Bagi masyarakat Solo, makanan ini lebih dikenal dengan nama bubur lemu. Nama sumsum sendiri diambil dari penampilannya seperti sumsum tulang yang putih dan juga bersih.

Jadi, deretan kuliner tradisional di atas adalah bubur yang sering digunakan di berbagai acara adat, khususnya bagi masyarakat Jawa. Kebudayaan Jawa memiliki banyak hal yang bisa dibahas, oleh karena itu semoga tradisi seperti ini tidak tergeser oleh perkembangan zaman dan juga tetap dilestarikan. Setuju, kan? Next

ramadan
Destinasi Wisata di Semarang (c)Devi Kurnia Noviani/Travelingyuk

Destinasi Wisata Anti Mainstream di Semarang, Pastikan Sempatkan untuk Datang

Candi Ijo Jogja

Candi Ijo, Tempat Asyik Menikmati Keindahan Kota Jogja dari ‘Khayangan’