Pergerakan arus kehidupan yang dinamis membuat Jakarta hampir selalu jadi yang terdepan di segala bidang. Soal perkembangan wisata kuliner, ibu kota juga kerap jadi jujukan daerah lainnya. Salah satu yang bisa jadi inspirasi adalah Claypot Popo.
Baca juga : Jagung Bakar Rasa Suka-Suka di Alun-Alun Kota Jember
Claypot Popo merupakan salah satu tempat makan favorit anak muda Jakarta. Hidangan andalan mereka berupa nasi dan beragam topping yang disajikan dalam claypot atau periuk berbahan tanah liat. Rasanya lezat dan menawarkan sensasi unik yang jarang ada di tempat lain.
Berawal dari pasar ‘hipster’
Claypot Popo mulai buka pada 2014 silam. Mereka jadi salah satu tennant yang ikut memanfaatkan hype Pasar Santa. Sebagaimana diketahui, lokasi tersebut sebelumnya hampir seperti titik mati karena sudah sepi pengunjung dan ditinggalkan pedagang.
Namun berkat kreativitas sejumlah pemuda, Pasar Santa berubah menjadi lokasi favorit untuk nongkrong. Sejumlah komunitas rajin menggelar acara di sana. Kios-kios yang sebelumnya kosong kembali menemukan penyewa. Rata-rata menjual produk distro, kopi, dan juga kuliner – termasuk Claypot Popo.
Terinspirasi gaya Hong Kong
Sukses memikat para kaum muda Jakarta dengan hidangannya unik, Claypot Popo kini sudah punya beberapa cabang. Namun demikian, mereka tetap mempertahankan gaya masakan dan juga interior yang terinspirasi dari kebudayaan Hong Kong.
Claypot sendiri merupakan periuk terbuat dari tanah liat dan khusus digunakan memasak makanan. Cara menyiapkannya cukup mudah. Nasi dimasukkan terlebih dahulu di bagian dasar, kemudian ditambahkan daging dan sayuran. Pot tanah liat lantas dipanaskan hingga semua bahan di dalamnya matang. Hidangan semacam ini mudah ditemui di kawasan Hong Kong, terutama di musim dingin.
Dari sisi interior, Claypot Popo juga berupaya maksimal agar gaya Hong Kong begitu terasa. Hal tersebut terlihat dari jelas di cabang mereka yang baru buka di Sabang. Di bagian atas pintu masuk sengaja diberi hiasan lampion warna merah untuk memperkuat nuansa oriental.
Begitu masuk ke dalam, terlihat beberapa meja kecil berjajar di satu sisi dan meja panjang di sisi lain, khusus untuk yang ingin makan sendirian. Suasananya mirip sekali dengan restoran-restoran Makau yang sering muncul di film-film.
Filosofi unik
Nama Claypot Popo sendiri tak diciptakan sembarangan. Popo dalam bahasa Tiongkok dialek Khek memiliki arti nenek. Masakan claypot lantas muncul sebagai bentuk ucapan terima kasih dari seorang cucu pada neneknya, yang sudah setia merawat dari kecil.
Hal ini sempat mereka jelaskan dalam sebuah unggahan di akun media sosial. Sebab banyak orang mengira hidangan yang disajikan di sini terinspirasi dari resep Popo alias Si Nenek.
Lezat ketika disantap hangat
Pengunjung Claypot Popo bisa memesan menu claypot dengan beragam variasi topping. Selain beef, masih ada pilihan topping kuning telur mentah, kuning telur matang, dan ayam.
Begitu hidangan disajikan di depan mata, aroma bakaran yang cukup kuat bakal tercium. Nasi yang ditempatkan di bagian paling dasar sudah diberi bumbu khusus sehingga gurih ketika dimakan. Selain itu ada tambahan kuah kental bernuansa bawang putih yang membikin makan jadi kian berselera.
Apapun jenis claypot yang dipesan, semuanya bakal terasa lebih nikmat jika disantap selagi hangat. Terutama bagi yang memilih topping kuning telur mentah. Sebaiknya langsung diaduk selagi masih panas agar semua bahannya menyatu sempurna.
Itulah sekilas mengenai keiistimewaan dan kelezatan Claypot Popo yang sudah cukup ternama di Jakarta. Bagi yang ingin merasakan sensasi kuliner unik dengan nuansa Hong Kong, tak ada salahnya mengunjungi salah satu cabang mereka dan membuktikan sendiri kelezatannya. Next