Belakangan ini suhu malam hingga pagi hari terasa menusuk tulang. Hal ini dirasakan hampir di seluruh belahan nusantara khususnya di Jawa Timur. Badan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda membenarkan adanya perubahan suhu yang signifikan ketika sore hari hingga larut malam dan pagi hari. Kondisi ini terbilang wajar ketika musim kemarau.
Baca juga : 4 Wisata di Blitar, Salah Satunya Mengunjungi Makam Bung Karno
Akibat Fenomena bediding
Kepala bidang Data dan Informatika adan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda, Tegur Tri Susanto mengatakan cuaca ekstrim hingga menyebabkan suhu dingin pada malam hari, dini hari hingga pagi hari saat musim kemarau sudah biasa terjadi di belahan Indonesia. Fenomena ini familiar disebut dengan Bediding. Masyarakat juga sudah mengenali istilah bediding sehingga warga kawasan khatulistiwa tidak merasa heran ketika suhu dingin melanda dimusim kemarau.
“Istilah di masyarakat biasa dikenal sebagai bediding, biasa terjadi pada musim kemarau. Hal ini termasuk hal yang wajar dan normal pada saat musim kemarau,” ujarnya.
Alur Udara Dingin Dari Australia
Kondisi cuaca dingin juga dipengaruhi oleh dua faktor yang menyebabkan bediding. Yang pertama pengaruh suhu dingin pada malam hari di kawasan Jawa Timur adalah aliran udara. Udara dingin ini masuk ke wilayah Jawa Timur dari Australia. Musim kemarau di Indonesia, posisi matahari menjauhi kutub selatan sehingga wilayah Australia sedang memasuki musim dingin.
Panas bumi yang dilepaskan tanpa filter atmosfer
Faktor yang kedua penyebab suhu dingin adalah cuaca cerah ketika malam hari hingga pagi hari. Langit begitu indah dan cerah tanpa ada awan ini mengakibatkan panas yang dikeluarkan bumi terlepas tanpa halangan menuju angkasa. Rasa dingin dipermukaan bumi lebih terasa akibat seluruh panas bumi terhempas tanpa sekat.
“Dengan begitu, permukaan bumi menjadi lebih cepat dingin,” katanya. Next