Siapa yang tidak kenal dengan Gunung Merapi? Sudah beberapa kali gunung ini meletus dan menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang tidak sedikit. Letusannya pun meninggalkan jejak yang masih bisa kita lihat hingga sekarang. Berikut sisa-sisa keganasan erupsi Gunung Merapi yang tertinggal di beberapa lokasi di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Baca juga : Itinerary 2D1N di Pulau Weh, Keren dan Inspiratif!
Jam Terjadinya Erupsi Gunung Merapi
Erupsi Gunung Merapi yang paling parah terjadi pada tahun 2010 di mana terdapat 341 korban jiwa yang menjadi korban, termasuk sang juru kunci gunung, Mbah Maridjan.
Erupsi disertai awan panas atau biasa disebut ‘wedhus gembel‘ ini terjadi pada pukul 12 dini hari, di mana warga sekitar masih tertidur pulas. Mereka tidak tertarik mengungsi karena mempercayai pernyataan Mbah Maridjan bahwa gunung tidak akan meletus. Sayangnya, takdir berkata lain.
Bunker Kaliadem
Sebelum terjadi erupsi, pada tahun 2006 sempat dibangun bunker untuk perlindungan terhadap erupsi Gunung Merapi. Sayangnya, bunker hanya mampu menahan awan panas, bukan lava pijar. Akibatnya saat terjadi erupsi disertai guguran lava pada tahun 2006, 2 orang yang berlindung di dalam bunker meninggal di dalamnya.
Oleh karena itu, bunker tersebut tidak lagi digunakan untuk berlindung. Sekarang tempat itu beralih fungsi menjadi museum. Bunker Kaliadem terletak kurang lebih 4 kilometer dari puncak Gunung Merapi. Apabila langit sedang cerah, kalian bisa melihat Gunung Merapi yang tampak gagah dari balik bunker.
Kisah Evakuasi Warga
Sepanjang sejarah evakuasi letusan Merapi, ada 2 pahlawan hebat yang gugur dalam melaksanakan tugas kemanusiaan. Pada saat BMKG sudah memberikan status ‘Awas’ terhadap Gunung Merapi, sang juru kunci enggan meninggalkan rumahnya, begitupun dengan warga setempat. Tidak menyerah, 2 pahlawan tersebut tetap ingin mengevakuasi warga.
Namun saat akan membujuk untuk terakhir kalinya, 2 pahlawan tersebut ikut menjadi korban dalam murkanya Gunung Merapi. Mobil yang dikendarai terlihat rusak berat dan ringsek akibat awan panas.
Barang-barang peninggalan
Suhu awan panas bisa mencapai 100 derajat Celcius. Pantas saja ketika erupsi berlangsung, tidak banyak barang yang masih utuh. Kebanyakan sudah hancur atau bahkan meleleh. Meskipun begitu, ada beberapa benda yang masih utuh walau bentuknya sudah cacat. Barang-barang tersebut dimuseumkan menjadi saksi bisu keganasan erupsi Gunung Merapi.
Aliran Lahar Dingin Gunung Merapi
Erupsi biasanya disertai dengan hujan lebat di puncak Merapi. Hujan ini mengakibatkan terjadinya lahar dingin yang membanjiri kali-kali yang dilewatinya. Terakhir di tahun 2010, ketinggiannya bisa mencapai 5-6 meter. Jalan dan jembatan pada saat itu rusak cukup parah akibat terjangan lahar dingin.
Namun di balik itu, pasir dan bebatuan bekas lahar dingin Merapi ternyata bermanfaat bagi masyarakat. Kandungannya mampu membuat tanaman di sekitarnya subur. Hal itu juga berdampak positif pada perekonomian warga. Tempat wisatapun mulai menjamur di sekitar gunung.
Jadi tunggu apalagi, yuk kita nikmati pesona Merapi bersama-sama! Next