in ,

7 Rahasia di Balik Hotel Majapahit Surabaya, Cagar Budaya yang Tak Berubah Selama Ratusan Tahun

Menjelajahi Hotel Majapahit Surabaya yang Megah

FI Hotel Majapahit Surabaya (c) Firdha Rahma Travelingyuk

Menjelajahi Surabaya terasa lebih lengkap bila berkunjung ke Hotel Majapahit. Akomodasi yang turut menjadi bagian dari kemerdekaan Indonesia ini punya keunikan yang mencengangkan. Oleh karena itu, tim Travelingyuk mengikuti Heritage Hotel Tour untuk menyaksikannya langsung. Berikut temuan rahasia di balik Hotel Majapahit Surabaya.

Baca juga : Keunggulan Liburan Road Trip, Jamin Pengalaman Tak Terlupakan!

1. Ganti Nama 7 Kali dari Pertama Diresmikan

Hotel Majapahit Surabaya
Hotel Majapahit Ganti Nama 7 Kali via shutterstock

Hotel Majapahit dibangun oleh Sarkies bersaudara yang merupakan orang keturunan Armenia pada sekitar tahu 1910-an. Di balik kemegahannya, rupanya tersimpan rahasia umum yang menjadi gambaran betapa bersejarahnya tempat menginap ini ialah mereka ganti nama sampai 7 kali. Sarkies bersaudara memberi nama akomodasi ini yaitu Oranje Hotel.

Kemudian pasukan Jepang menginvasi Surabaya, di mana mereka juga mengubah nama hotel ini menjadi Yamato. Lalu setelah peristiwa perobekan bendera Belanda di tempat menginap ini, ia pun kembali berganti nama yaitu Hotel Merdeka.

Setelah itu, Sarkies bersaudara mengambil alih kembali hotel ini. Mereka mengubahnya menjadi Lucas Martin Sarkies (LMS) Hotel. Pada tahun 1969-an, kepemilikan hotel berganti lagi yakni dikelola oleh Mantrust Holding Co. Ia pun disebut sebagai Hotel Majapahit.

Namun, perubahan nama tidak berhenti sampai di situ. Mandarin Oriental Hotel Majapahit menjadi sebutan selanjutnya saat akomodasi ini diakuisisi oleh himpunan akomodasi internasional Mandarin Oriental. Berikutnya, ia kembali menjadi Hotel Majapahit usai dikelola oleh PT Sekman Wisata pada 2006-an.

2. Masih ‘Bersaudara’ dengan Hotel Niagara di Lawang, Malang

Hotel Niagara Lawang via Instagram @kwisnumurti

Sarkies bersaudara memang terkenal sebagai konglomerat yang membangun hotel-hotel heritage di beberapa negara, seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Myanmar. Rupanya yang berlokasi di Indonesia bukan hanya Hotel Majapahit, namun juga Niagara.

Namun, nasib Niagara tidak semujur Majapahit yang dirawat sedemikian rupa bahkan menjadi cagar budaya. Hotel Niagara di Lawang tersebut bahkan lebih dikenal berkat cerita mistis yang beredar, walau belum diketahui secara pasti kebenarannya. Pun tidak banyak tamu yang bermalam di sini.

3. Bell Boy Antar Tamu ke Kamar Mengendarai Kereta Kuda

Hotel Majapahit Surabaya
Ilustrasi Dahulu Bell Boy Antar Tamu Mengendarai Kereta Kuda via shutterstock

Bangunan Hotel Majapahit berbentuk U yang terbilang cukup luas. Bahkan untuk mencapai kamar dari lobi utama saja, biasanya bell boy mengantarkan tamu menggunakan kereta kuda. Lalu pada tahun 1936, dibangunlah lobi tambahan (extention) di mana pesta peresmiannya dihadiri oleh tokoh terkenal dunia. Seperti Charlie Chaplin, Putri Astrid dari Belgia, dan Prince Leopold III.

4. Hotel di Indonesia Pertama yang Sediakan Bathtub

Hotel Pertama di Indonesia dengan Bathtub Pertama (c) Diptya/Travelingyuk

Menurut penuturan dari staf sekaligus pemandu wisata, Majapahit menjadi hotel pertama yang menyediakan bathtub. Tidak heran, sebab akomodasi ini dirancang oleh arsitek asal Inggris yaitu R. A. John Bidwell. Sehingga dia pun menyesuaikan dengan kultur di Eropa yang sudah menggunakan bak mandi.

5. Bathtub Berusia Satu Abad

Bathtub Berusia Seabad (c) Diptya/Travelingyuk

Sebagai cagar budaya, Hotel Majapahit mempertahankan struktur bangunan aslinya. Tidak boleh ada satu pun yang dirubah, hanya dapat dipelihara dengan baik agar selalu terlihat baru dan indah. Salah satu bagian yang tidak boleh diganti adalah bathtub. Sehingga dapat dikatakan bahwa bak mandi yang ada di kamar sudah berusia sekitar satu abad, sama seperti umur hotel.

6. Presidential Suite Terbesar di Asia Tenggara

Balkon Presidential Suite (c) Firdha Rahma/Travelingyuk

Temuan rahasia di Hotel Majapahit Surabaya selanjutnya adalah ruangan Presidential Suite seluas kira-kira 806 meter persegi. Berkat hal tersebut ia pun ditetapkan sebagai Presidential Suite terbesar se-Asia Tenggara. Teman Traveler harus datang sendiri demi membuktikannya langsung.

Hotel Majapahit Surabaya
Ruang Tamu di Presidential Suite (c) Firdha Rahma/Travelingyuk

Begitu masuk ke ruangan yang lebih mirip apartment ini, pengunjung langsung disambut oleh piano klasik. Tidak jauh dari alat musik tersebut, terdapat kamar mandi untuk tamu dari orang yang menginap di hotel. Masih di lantai 1, ada dapur lengkap dengan peralatan mulai dari kompor sampai kulkas. Ada pula ruang makan dan ruang tamu.

Tangga Menuju Lantai 2 Presidential Suite (c) Diptya/Travelingyuk

Beranjak ke lantai dua, terdapat kamar utama dengan king size bed dan kamar dengan twin beds. Dua kamar dilengkapi dengan ruang tamu mini dan kamar mandi mewah. Masih ada lagi tempat yang dapat dieksplorasi yaitu masing-masing lantai dari Presidential Suite ini mempunyai teras/ balkon yang menghadap langsung ke taman. Untuk dapat menginap di sini, sediakan biaya sekitar Rp32.000.000an.

Kamar Tidur Utama di Presidential Suite (c) Firdha Rahma/Travelingyuk

7. Keran Berlapis Emas di Kamar Mandi Presidential Suite

Hotel Majapahit Surabaya
Kamar Mandi Utama di Presidential Suite (c) Firdha Rahma/Travelingyuk

Bila Teman Traveler masuk ke kamar mandi di kamar utama Presidential Suite, terdapat keran bathtub yang sangat menarik perhatian. Bagaimana tidak? Rupanya keran tersebut berlapis emas 24 karat. Sungguh glamor! Berendam di sini sudah berasa menjadi raja ratu, ya?

Keran Berlapis Emas (c) Firdha Rahma/Travelingyuk

Kalau penasaran dengan 7 rahasia di balik Hotel Majapahit Surabaya, Teman Traveler bisa datang mengikuti Heritage Tour. Biaya yang dikeluarkan cukup terjangkau yaitu Rp80.000 kalau melalui aplikasi sedangkan Rp103.000 apabila pesan langsung. Pengin datang, bukan? Next

ramadan
Soto Bu Barokah

Depot Soto Bu Barokah, Kuah Lezatnya Bikin Lidah Menari

Wajit Asli Cililin, Kuliner Khas Sunda dengan Sejarah Mendalam di Baliknya