in ,

Indonesia Negara Nomor Dua yang Suka Membuang Makanan

Indonesia merupakan negara dengan angka makanan yang terbuang cukup tinggi kedua di dunia. Berdasarkan data dari Economist Intellegence Unit, makanan yang terbuang sia-sia di Indonesia mendekati 300 kilogram per tahun dari setiap orang. Sebuah penelitian dengan judul Fixing Food: Towards a More Sustainable Food System, menemukan hasil bahwa Saudi Arabia menjadi negara yang tingkat makanan yang terbuang sia-sia lebih tinggi daripada Indonesia. Di bawah Indonesia, Amerika serikat menyusul dengan angka 277 kilogram per kapita setiap tahunnya dan Uni Emirat Arab 196 kilogram per kepala setiap tahunnya.

Baca juga : Sate Padang Mak Adjat di Jakarta, Legendaris Sejak Tahun 1960

Ilustrasi makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia
Ilustrasi makanan yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia [image source]
Fenomena ini dinilai salah satu pakar energi, bisa disebabkan oleh kurangnya infrastruktur yang memadai antara produsen makanan dengan pusat populasi. Sehingga menyebabkan proses distribusi makanan tersendat. “Ada beberapa hal yang bermasalah dalam proses distribusi, sehingga daya tahan makanan sering turut bermasalah karena memakan waktu lama dalam distribusi,” ujar pakar energi CDM Smith, Aretha Aprilia, seperti dikutip dari Jakarta Globe.

Food not bomb, salah satu gerakan yang mengoptimalkan segala sesuatu yang terkait dengan makanan
Food not bomb, salah satu gerakan pemuda yang mengoptimalkan segala sesuatu yang terkait dengan makanan [image source]
Di Indonesia, limbah makanan yang terbuang lebih banyak dari jumlah makanan atau bahan makanan yang dihasilkan. Tingginya angka impor bahan baku makanan bisa menjadi salah satu faktor yang mendalangi fenomena ini. Pada tahun 2014, Indonesia mengimpor bahan baku makanan hingga angka 60 persen. Hal inilah yang menyebabkan tingkat produksi makanan yang dihasilkan jauh lebih tinggi daripada jumlah makanan yang dibutuhkan untuk konsumsi sehari-hari.

Tentu saja limbah makanan tersebut akan timbul sebagai masalah baru. Dengan tingginya jumlah limbah makanan tersebut, penumpukan limbah akan semakin intens dan masif. Terdapat dua pilihan untuk menghadapi hal ini, fokus pada peminimalisiran limbah atau mencari jalan keluar untuk pengolahan limbah. Jika berfokus pada pengolahan limbah, dapat digunakan sebagai pembangkit energi atau diolah menjadi pupuk kompos. Sehingga penumpukan limbah tidak terus bertambah dan semakin beraroma busuk dari hari ke hari. Next

ramadan
Lotek Teteg Lempuyangan

Lotek Teteg Lempuyangan, Kuliner Jogja Nikmat Nggak Bikin Bokek

Catat! 5 Negara Ini Berikan Visa Multiple Entry untuk Wisatawan Indonesia