Apakah Teman Traveler pernah belajar membatik? Aktivitas menulis gambar di atas kain ini memang membutuhkan keahlian tersendiri. Nah ada 1 tempat yang dikhususkan sebagai sentra edukasi dan promosi batik di Solo, yaitu Kampung Batik Laweyan. Simak informasinya lebih lanjut!
Baca juga : Imbas BBM Naik, Kawah Putih Bandung Lenggang
Membatik, Budaya yang Harus Dilestarikan
Konon, kampung ini sudah menjadi sentra industri batik sejak zaman Kesultanan Mataram. Pembuatannya yang masih secara tradisional (dengan tangan) membuat batik memiliki nilai plusnya tersendiri.
Namun seiring memasuki abad ke-20, kawasan ini mandeg total karena munculnya teknologi printing dalam membatik. Beruntungnya, sejak zaman Presiden Joko Widodo, kampung ini dihidupkan lagi bersama dengan para pemuda. Tak lama setelah itu, Laweyan ditetapkan sebagai salah satu wisata budaya Solo.
Kenali Toko yang Jadi Tempat Belajar Membatik
Putra Batik Laweyan adalah salah satu tempat produksi batik yang saya kunjungi. Beralamat di Jl. Sidoluhur No. 6, Sukoharjo, saya diizinkan untuk melihat isinya, langsung oleh sang pemilik, Bapak Gunawan. Biasanya di sini juga diadakan workshop membatik tiap hari Jumat untuk umum.
Tempat produksi ini dilengkapi dengan galeri pakaian batik yang sudah jadi. Bisa dijadikan oleh-oleh juga, loh! Model motifnya bagus dan khas, mengingat banyak yang masih menggunakan metode konvensional, yakni dengan tangan.
Alat-Alat yang Digunakan Untuk Membatik
Dalam pembuatan batik, alat yang digunakan sebenarnya hanya ada 2, yaitu canting dan wajan. Untuk kainnya sendiri biasanya menggunakan mori putih. Lilin/malam yang akan dipakai harus dilarutkan dengan cara dipanaskan menggunakan wajan.
Batik yang kita kenal memiliki 2 jenis, yaitu tulis dan cap. Untuk cap, stempel yang dipakai terbuat dari bahan tembaga berbentuk kotak dan mempunyai motif yang seragam. Cara kerjanya sama seperti stampel biasa, hanya perlu diletakkan di kain mori dengan cara berurutan. Cara semacam ini sangat memudahkan dalam pembuatan batik dan tidak membutuhkan waktu yang lama.
Berbeda dengan canting tulis. Bentuknya seperti corong bergagang kayu yang berfungsi mengambil lilin/malam dari wajan, kemudian ditorehkan ke kain mori. Teknik membatik yang satu ini memakan waktu pengerjaan yang lebih lama dibanding batik cap. Namun, nilai jualnya jauh lebih tinggi, loh!
Langkah-Langkah Pembuatan Batik
Proses membatik pada umumnya, termasuk di Kampung Batik Laweyan sendiri, membutuhkan waktu pengerjaan yang panjang dan berulang-ulang, tidak semudah yang kita bayangkan.
Pertama, kain mori diberi motif terlebih dahulu. Biasanya hanya ditulis tipis-tipis menggunakan pensil. Kemudian kain bermotif tipis ini ditebalkan kembali menggunakan lilin melalui canting tulis. Dalam proses ini, kehati-hatian sangat dibutuhkan, jangan sampai lilin menetes ke bagian kain.
Selanjutnya, kain yang sudah ditulis dibawa ke bagian pewarnaaan dengan cara dicelup, mulai dari warna muda ke warna yang lebih gelap atau tua. Setelah mendapat proses pewarnaan, kain dijemur sampai kering.
Setelah itu, kain tersebut dikerik untuk menghilangkan lilin yang menempel pada kain, sekaligus di rebus atau di’lorod‘ untuk membersihkan sisa-sisa lilin. Proses pewarnaan bisa berulang-ulang sesuai jumlah warna yang ingin digunakan.
Itulah tadi ulasan saya tentang Kampung Batik Laweyan. Jika kesenian membatik masih terasa asing, sudah saatnya kita ikut serta untuk mempelajarinya agar warisan budaya yang anggun ini tidak cepat punah, apalagi batik adalah salah satu ikon penting di Indonesia. Next