Sebagai negeri maritim, Indonesia memiliki pelaut-pelaut ulung. Salah satunya adalah Suku Bugis. Dengan kapal pinisi, pelaut-pelaut Bugis sejak jaman dulu telah mengarungi samudera. Pinisi memang kapal istimewa. Teman Traveler bisa melihat langsung keistimewaan kapal ini di Desa Tanah Lemo, Sulawesi Selatan. Penasaran? Yuk intip pembuatannya berikut ini.
Baca juga : Wisata Pegunungan Sejuk di Jawa Timur untuk Liburan Jelang Lebaran
Diwariskan Turun-Temurun
Lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut barangkali terinspirasi oleh kehebatan suku Bugis. Suku ini memiliki sejarah panjang sebagai suku bahari yang dekat dengan kehidupan maritim.
Selain dikenal sebagai pelaut tangguh, mereka juga hebat dalam membuat kapal. Dalam kitab epik La Galigo, sejak abad ke 15 mereka sudah mampu membuat kapal mampu berlayar sampai ke Tiongkok.
Kemampuan membuat kapal ini diwariskan secara turun-temurun lintas generasi. Teknik pembuatan kapal tersebut tidak didokumentasikan secara tertulis. Namun hebatnya, hingga saat ini mereka mampu membuat kapal dengan detail dan spesifikasi yang sama.
Melihat Langsung Proses Pembuatan Kapal Pinisi
Desa Tanah Lemo yang berada di Kecamatan Bonto Bahari dikenal sebagai sentra pembuatan kapal rakyat di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Dari Makassar butuh waktu sekitar lima jam melalui jalur darat untuk mencapai desa ini.
Tidak hanya di tanah air, reputasi Bulukumba sebagai pembuat pinisi berkualitas tinggi sudah dikenal hingga ke Eropa, Amerika, dan Afrika.
Saat itu, pengrajin perahu bersama rekan-rekannya sedang mengerjakan pinisi berukuran panjang 30 meter dan lebar 8 meter. Perlu waktu sekitar 7 bulan untuk menyelesaikannya. Pinisi dengan ukuran ini dibanderol dengan harga Rp1,5 miliar hingga Rp2 miliar.
Tak Perlu Gambar Blueprint
Kapal pinisi dibuat secara berkelompok yang berisi lima hingga sepuluh orang. Hebatnya metode pengerjaan kapal di Tanah Lemo ini adalah tidak memerlukan blue print gambar konstruksi kapal dan perhitungan matematis rumit seperti halnya pengerjaan kapal-kapal modern.
Para tukang ini mengandalkan intuisi dan talenta warisan leluhur dalam membuat kapal. Titik kritis dalam membuat kapal ada pada kemampuan menentukan keseimbangan. Setiap komponen dipasang satu persatu dengan ketelitian tinggi agar terbentuk kapal yang stabil.
Bahan Baku Kualitas Nomor Satu
Untuk membuat kapal yang kuat dan tahan lama, diperlukan bahan baku kualitas nomor satu. Kayu yang biasa digunakan adalah kayu besi. Kayu ini memiliki karakteristik unik. Semakin lama terendam air, kayu besi akan semakin kuat. Kayu-kayu terbaik didatangkan dari daerah Kendari dan dari pedalaman Papua.
Kapal Multifungsi
Kapal pinisi dapat digunakan untuk beberapa keperluan. Selain dipesan untuk kapal penumpang, beberapa pembeli memesan pinisi yang digunakan sebagai kargo pengangkut barang.
Ada pula pinisi yang dipesan sebagai kapal pesiar, lazim digunakan untuk wisata live on board. Kapal semacam ini sering dijumpai berlayar di perairan Taman Nasional Komodo atau Raja Ampat.
Ritual Adat dalam Pembuatan Pinisi
Pembuatan kapal selalu diawali dengan ritual adat. Ritual ini menandai pemasangan lunas perahu. Lunas adalah kayu utama yang dipasang di haluan untuk menyatukan lembaran-lembaran papan untuk membentuk lambung kapal.
Pemasangan lunas pada kapal adalah ibarat peletakan batu pertama pada proses pembangunan gedung. Awalan yang bagus akan mempengaruhi keseluruhan pengerjaan.
Ritual kembali dilakukan ketika kapal sudah selesai dikerjakan dan siap dilepas ke laut. Dipimpin oleh seorang pemuka agama, ritual pelepasan kapal menjadi momen yang ramai dan ditunggu warga setempat.
Pengunjung Boleh Melihat dari Dekat
Teman Traveler bisa melihat proses pembuatan pinisi dari dekat. Para pembuat kapal di kampung bahari ini terbuka menyambut pengunjung untuk tahu proses pembuatan pinisi. Ada unsur seni dan kearifan lokal dalam setiap pasak yang dipaku dan setiap lembaran papan dilekatkan.
Mereka dengan senang hati mengizinkan kalian untuk melihat-lihat bahkan naik ke kapal yang sedang mereka kerjakan.
Jika Teman Traveler sedang berada di sekitar Bulukumba atau ada perjalanan melintasi daerah itu. Sempatkan untuk mampir sejenak dan melihat langsung proses pembuatan pinisi. Kisah menarik di balik pembuatan pinisi yang mereka ceritakan akan mengingatkan kita bahwa Indonesia memiliki suku penjelajah samudara yang hebat.