Tanggal 4 Oktober 2019 dirayakan sebagai hari jadi Maluku Utara, provinsi dengan panorama indah serta sejarah panjang kesultanan Islam tertua di Indonesia Timur. Penasaran dengan pesonanya? Yuk simak ulasan berikut ini.
Baca juga : Sawala Mie Nyemek & Pancong Bogor, Kuliner Rakyat yang Naik Kelas
Kesultanan Islam Tertua di Indonesia Timur
Sejarah masuknya islam ke Maluku pada abad ke-15 Masehi, melalui jalur perdagangan. Berada di antara Sulawesi dan Papua menjadi salah satu jalur pelayaran sekaligus perdagangan terpenting di Nusantara bagian timur. Sehingga banyak bangsa lain seperti Asia-Arab, Gujarat, Cina termasuk pedagang Jawa serat Melayu yang sudah memeluk islam.
Datu Maulana Hussein salah satu pedagang Jawa berpengaruh dalam penyebaran islam di Ternate pada masa pemerintahan Kolano Marhum. Menjadikan raja pertama yang memeluk agama islam, bersama seluruh kerabat dan pejabat kerajaan.
Namun, pengaruh dan perkembangan Islam di Ternate pada saat itu belum kuat. Oleh karena itu saat pemerintahan Sultan Zainal Abidin pergi ke pulau Jawa. Untuk mempelajari islam secara langsung dari Wali terkenal di tanah Jawa Sunan Giri.
Kembalinya sultan menjadikan islam sebagai agama resmi kerjaan, syariat islam diberlakukan serta membentuk lembaga kerajaan sesuai hukum islam dengan melibatkan ulama.
Kedaton Ternate
Setiap kerajaan pasti memiliki tempat persinggahan untuk rajanya, begitu juga dengan Kesultanan Ternate. Disebut Kedaton adalah bangunan tempat tinggal keluarga kesultanan, dibangun pada tahun 1813. Berbentuk persegi delapan yang menyerupai seekor singa duduk menghadap ke laut dan gunung Gamalama sebagai latar belakangnya.
Dengan luas 1500 meter persegi di atas tanah seluas 1,5 Ha, arsitek yang membangun kedaton ini seseorang berkebangsaan Cina. Sehingga pada titik dan sudut bangunan memiliki detail oriental. Kedaton Ternate ini berada di Jalan Sultan Khairun, Ternate Utara.
Situs Peninggalan Kesultanan Ternate
Ternate dijuluki kota seribu benteng, dibangun untuk mengamankan aktivitas perdagangan rempah-rempah yang dilakukan Portugis, Belanda dan Spanyol. Salah satu situs peninggalan kesultanan Ternate adalah Fort Kalamata dibangun oleh Portugis pada tahun 1540, dengan nama Santa Lucia. Sedangkan Kalamata diambil dari nama pangeran Kaicil Kalamata, kakak Sultan Ternate Madarsyah.
Menghadap ke selat menghubungkan Ternate dan Tidore, benteng berbentuk poligon dengan tembok hanya 60 cm dan tinggi 3 meter. Berbeda dari benteng yang dibangun Belanda umumnya tebal. Tujuan Portugis membangunnya khusus mengawasi Spanyol pada saat itu menguasai Tidore, di mana menjadi rival utama dalam pencarian serta perdagangan rempah-rempah.
Selain situs bangunan benteng, ada beberapa peninggalan yang berada pada kedaton. Kesultanan Ternate terkenal akan kemakmuran tinggi, dilihat dari koleksi emas yaitu berupa mahkota, kelad bahu, kelad lengan, giwang, buah baju, cincin, gelang serta hiasan lainnya.
Setiap daerah apalagi sebuah kerajaan pasti memiliki sebuah tradisi turun temurun. Begitu pula pada Kesultanan Ternate, saat pemilihan calon sultan yang mana setiap anak lelaki keturunan sultan harus mencoba mahkota berambut. Jika mahkota melekat dan pas di kepala seseorang calon, maka orang itulah yang akan menggantikan sultan.
Wisata Alam di Kota Ternate
Sudah menengok wisata sejarah, saatnya Teman Treveler menikmati alam indah Ternate. Seperti Danau Laguna yang dikelilingi bukit hijau dan pegunungan, selain menikmati pemandangan bisa juga memancing ikan air tawar.
Bagi pecinta snorkeling wajib pergi ke Pantai Sulamadaha, terkenal dengan air sebening kaca. Jika tidak suka bersentuhan dengan air, Teman Treveler bisa menyewa perahu untuk menikmati kejernihan air. Jangan khawatir akan gelombang karena bentuk pantai U membuat gelombang laut menjadi tenang.
Itulah sekilas tentang sejarah Kesultanan Ternate dengan alamnya yang indah. Jangan lupa mampir jika berkunjung ke Kota Ternate, Teman Traveler.
Next