Variasi kuliner Bantul tak pernah gagal memanjakan para pecinta masakan tradisional bercitara rasa sedap. Mulai dari sate klathak, mangut, hingga gudeg mangar, semuanya menghadirkan citarasa unik yang sulit didapatkan di tempat lain. Namun bagi yang ingin mencari kuliner jadul dengan nuansa unik, cobalah mampir ke Kampoeng Mataraman.
Baca juga : Penangkaran Rusa Maliran Blitar, Bisa Elus Sampai Selfie Bareng Lho
Tergugah usai mendengar kabar mengenai konsep unik yang mereka usung, tim Travelingyuk langsung bergerak mengunjungi tempat makan yang berada di jalan Ring Road Selatan, Glugo, Panggungharjo, Sewon ini. Hanya beberapa saat usai melewati gerbang depan, Kampoeng Mataraman seolah menjadi mesin waktu yang membawa kami kembali ke masa-masa abad ke-19.
Bangunan-bangunan yang ada di sini terlihat kuno. Nuansa klasiknya begitu kental. Sayang kami baru sampai sekitar pukul delapan malam, jika tidak tentunya suasana di sekitar Kampoeng Mataraman bakal sangat terasa Instagenic.
Pertahankan Tradisi Klasik
Makanan di Kampoeng Mataraman disajikan dengan konsep prasmanan alias mengambil sendiri. Kamu bisa memilih sendiri makanan yang akan disantap. Soal jenis dan penyajian, tak diragukan lagi resto benar-benar memanjakan pecinta makanan jawa kuno. Makanan jawa klasik disajikan di atas kuali yang menjadikan rasanya lebih otentik seperti resep yang diturunkan dari leluhur.
Sejurus kemudian, redaksi Travelingyuk berkenalan dengan Eko. Ia menjelaskan bahwa usaha Kampoeng Mataraman ini merupakan Bumdes atau Badan Usaha Milik Desa. Dengan demikian, sejak pendirian hingga pengelolaannya selalu melibatkan warga desa sekitar.
Eko kemudian mengatakan konsep utama yang diusung di Kampung Mataraman adalah menghadirkan kembali suasana pedesaan Mataram di Abad ke-19. Tidak hanya dari sisi kuliner, namun juga visualnya. Tak heran jika para pegawai yang ada di sini semuanya tampil lengkap mengenakan pakaian tradisional zaman dulu.
Bangunan yang ada di sini juga berkesan klasik. Menurut penuturan Eko, semuanya dibeli langsung dari kawasan Wonosari, dibongkar, dan kemudian dirangkai kembali di lokasi Kampoeng Mataraman. Pantas saja aura klasiknya sangat terasa begitu kami masuk ke tempat ini.
Kuliner Jadul nan Menyehatkan
Setelah berbicara dengan Eko, kami pun langsung beranjak ke tempat prasmanan. Di situ tersedia beragam pilihan jangan (sayur) lodeh dan oseng-oseng. Selain itu ada juga beberapa lauk tradisional seperti mangut, ayam goreng, dan juga telur pindang. Setelah selesai memilih makanan, langsung dibawa ke kasir untuk ditotal, dan menyelesaikan proses pembayaran.
Menu yang kami pilih saat itu adalah telur pindang, sayur lodeh, dan mangut. Telur pindang adalah telur berwarna hitam yang dimasak khusus menggunakan bumbu, biasanya disajikan sebagai pelengkap gudeg. Sementara Mangut adalah masakan berbahan dasar ikan lele dengan bumbu santan. Di resto ini, mangut-nya terasa lebih khas dan seperti terasa ada sensasi menyantap ikan asap ketika digigit.
Sembari menikmati santap malam, Eko kemudian menceritakan bahwa semua masakan yang ada di Kampoeng Mataraman dibuat dengan resep tradisional. Tanpa menggunakan bahan pengawet dan unsur kimiawi lainnya.
“Sayur lodeh yang ada di sini dimasak menggunakan bahan yang ditanam oleh penduduk sekitar. Tidak menggunakan MSG atau campuran lainnya yang membahayakan,” tuturnya dengan bangga.
Wisata Budaya Lengkap
Sebenarnya terlalu sederhana jika menyebut Kampoeng Mataraman sebagai rumah makan atau restoran. Sebab tempat ini tak hanya sekedar menyajikan kuliner tradisional. Pengunjung bisa langsung mencoba merasakan hidup bak masyarakat di Mataram Abad ke-19 dengan ikut membajak sawah, memanen tanaman, mengolah, serta memasaknya hingga menjadi sajian lezat seperti lodeh maupun oseng-oseng.
Tak hanya itu, resto ini juga mengusung konsep Kampoeng Dolanan, di mana para pengunjung cilik akan diajak membuat mainan tradisional yang sudah mulai punah ditelan zaman. Namun bagi yang ingin sekedar bernostalgia dengan mainan jadul, di sini juga tersedia sudut khusus untuk membelinya. Di tempat yang sama juga dijajakan camilan lawas seperti permen cecak dan lainnya.
Kampoeng Mataraman juga sering dijadikan sebagai tempat menggelar beragam pertunjukan seni budaya. Salah satunya ketika seniman Djaduk Ferianto menggelar acara ngunduh mantu. Dalam kesempatan tersebut ia sempat mengundang beberapa nama kondang untuk unjuk kebolehan, seperti Soimah dan Djogja Hip Hop Foundation.
Jadi bagaimana, sudah siap untuk masuk ke mesin waktu dan merasakan suasana unik Mataram di Abad ke-19? Datang saja ke Kampoeng Mataraman untuk merasakan kuliner Bantul dengan suasana jadul. Next