Biasanya tanah Sunda dikenal dengan makanannya yang lezat, namun ternyata masyarakat Sunda juga punya minuman tradisional yang banyak dikonsumsi oleh orang zaman dulu. Minuman tersebut bernama lahang.
Baca juga : Indahnya Bunga Beraneka Ragam Warna di Taman Agrowisata Dewi Cemara Kediri
Sayangnya, penjual minuman ini kini sangat jarang ditemukan. Padahal, zaman dulu banyak penjual minuman lahang keliling yang bisa ditemui di pinggir jalan. Dulu minuman ini dipercaya dapat menambah tenaga. Yuk kita intip segarnya minuman tradisional dari Sunda berikut ini!
Berasal dari sadapan pohon aren
Masyarakat Sunda membuat lahang dari pohon aren yang berusia lima tahun. Pohon aren yang disadap adalah bunga jantan karena memiliki kandungan sari yang melimpah. Proses pengambilan air dan sari aren dilakukan pada pagi hari agar tetap segar. Jika terlambat, air aren akan berubah menjadi tuak atau cuka.
Jika berubah menjadi tuak, air nira menghasilkan kandungan alkohol. Namun ada juga yang menggunakan cuka aren menjadi bahan asinan. Air aren ini tidak bisa bertahan lama sehingga setelah terkumpul banyak, pedagang akan langsung menjualnya agar rasanya tetap manis.
Minuman isotonik tradisional yang mengandung vitamin C
Lahang dijadikan sebagai minuman isotonik tradisional karena dalam satu gelas lahang mengandung sukrosa 13,9-14,9%, kadar lemak 0,02%, dan protein 0,2%. Kandungan tersebut bisa menggantikan energi dan cairan tubuh yang hilang.
Selain itu, minuman lahang mengandung vitamin C 16-30 gram per 100 ml, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan vitamin C harian. Kandungan glukosa pada lahang juga bisa dimanfaatkan untuk membuat gula aren.
Proses pembuatan lahang
Pohon aren dipanjat menggunakan bambu, kemudian sekitar bunga dibersihkan dan tandan bunga digoyang-goyang agar nira yang keluar lebih banyak. Bunga aren juga dipukul-pukul menggunakan martil sehari dua kali sekitar setengah jam. Jika nira sudah cukup banyak, bumbung bambu yang sudah diasapi terlebih dahulu agar steril digantung di bawah tandan yang sudah dipotong.
Bumbung bambu ditutup dengan kain dan diikat agar tak ada serangga yang masuk. Bumbung bambu akan terisi dalam waktu semalam. Di pagi hari, hasil sadapan bisa diambil. Setelah itu, pangkal tandan bunga jantan diiris agar pembuluhnya melebar dan mengeluarkan nira.
Zaman dulu penjual menjajakan lahang dengan memikul lodong bambu yang ditutup dengan daun pisang atau ijuk kelapa. Harganya pun hanya Rp2.000 per gelas. Namun lahang kini sudah sulit dijumpai lantaran keberadaan pohon aren yang tak sebanyak dulu. Proses pembuatan lahang juga cukup sulit karena harus memanjat pohon aren yang tinggi. Next