Rammang-rammang di Makassar adalah salah satu wisata yang hits. Kawasan perbukitan karst tersebut terkenal dengan panorama alamnya yang luar biasa. Namun tahukah kalian bahwa ada cara lain menikmati pesona elok Rammang-rammang? Yaitu dengan Festival Maudu Jolloro
Baca juga : Nasi Kuning Begadang Hj. Teo, Pilihan Enak saat Lapar Kapan Saja
Setiap tahunnya, destinasi yang masuk kawasan Maros-Pangkep tersebut bakal lebih ramai dari biasanya. Hal tersebut tak terlepas dari diadakannya Festival Maudu Jolloro. Lantas seperti apa keseruan dan keunikannya? Yuk, simak ulasan berikut.
Wujud Meriah Rasa Syukur
Seperti disebutkan sebelumnya, Maudu Jolloro merupakan acara tahunan di Kabupaten Maros. Diadakan bersamaan dengan perayaan maulid. Deretan kapal hias berarak menyusuri perairan sekitar Rammang-rammang dengan menampilkan sederet atraksi menarik.
Festival Maudu Jolloro memang sangat menarik dan tentunya kian menambah pesona kawasan Rammang-rammang. Setiap tahunnya festival ini selalu dinanti-nanti para wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Mereka semua antusias melihat arak-arakan kapal memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.
Wisata Perbukitan Karst
Rammang-rammang sendiri merupakan destinasi yang berada di gugusan Pegunungan Karst (kapur) di Maros-Pangkep. Lokasi tepatnya ada di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Dari Makassar jaraknya kira-kira sekitar 40 kilometer di sebelah utara.
Berdasarkan bahasa setempat, rammang-rammang berarti sekumpulan awan atau kabut. Nama tersebut diberikan karena setiap pagi di sekitar kawasan ini selalu diselimuti kabut, tidak peduli musim apa pun.
Hal menarik lainnya adalah pegunungan karst yang mengitari wilayah wisata Makassar satu ini, baik di sisi darat maupun sungainya. Bentang alam ini membuat pemandangan sekitar terasa sangat eksotis dan berbeda. Hampir mirip seperti kawasan pegunungan di daerah Tiongkok.
Sarat Nilai Pengetahuan
Rammang-rammang bisa ditempuh melalui jalur darat dengan kendaraan bermotor dalam kurang dari dua jam dari Makassar. Sangat mudah dijangkau karena jaraknya hanya beberapa meter dari jalan raya lintas provinsi.
Perbukitan karst di Rammang-rammang sudah terbentuk sejak lama, sekitar 30 juta tahun lalu. Namun diperkirakan baru dihuni manusia sejak 40 ribu tahun silam. Jejak-jejak kehidupan purba tersebut masih bisa dilihat hingga kini, berupa tulisan tangan dan simbol-simbol di dinding gunung.
Di sini Teman Traveler juga bisa melihat indahnya halaman hutan batu kapur seluas 45 ribu hektar, yang sekaligus menjadi kawasan karst terbesar ketiga dunia. Luasnya hanya kalah dari Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok.
Karst atau pegunungan kapur sendiri merupakan bentang alam khas yang terbentuk akibat proses pelarutan kawasan batuan karbonat, hingga akhirnya menghasilkan formasi unik. Hal ini membuat kawasan Maros menjadi begitu istimewa karena tidak semua tempat di bumi memiliki nilai pengetahuan yang begitu luar biasa. Patut kita jaga bersama dan dijauhkan dari bentuk pembangunan masif apapun.
Menyusuri Sungai Pute
Tradisi Maudu Jolloro memang cukup unik. Bakul-bakul berisi makanan dan telur dibawa ke atas kapal, alih-alih ke masjid. Selanjutnya bakul-bakul tersebut diarak menyusuri Sungai Pute, sungai yang jadi salah satu sumber kehidupan warga Salenrang.
Hal tersebut dilakukan sebagai wujud syukur atas semua rezeki dan anugrah yang diberikan Sang Kuasa. Selain itu beberapa kapal juga ditumpangi para pemain musik tradisional. Suasana ketika festival berlangsung pun jadi sangat meriah.
Nah, jika Teman Traveler tertarik mengikuti acara Maudu Jolloro, bisa langsung mencari informasinya dari masyarakat setempat. Jangan khawatir soal budget karena sama sekali tidak dipungut biaya. Rasakan asyiknya berbaur dengan warga lokal dan menyelami tradisi unik khas Maros. Next