Menjelajah tanah Pasundan tak lengkap jika belum menjejakkan kaki di Gunung Gede Pangrango. Terletak di Jawa Barat, daerah ini terkenal di kalangan pendaki. Salah satu komika Indo, Dzawin Nur Ikram, pernah mendaki gunung ini. Bahkan jauh sebelumnya, aktivis Soe Hok Gie rutin menyepi ke tempat favoritnya di sini. Sudah siap nikmati keseruannya?
Baca juga : 4 Tempat Wisata Viral Ini Hasil Inovasi Pemuda Indonesia
Perjalanan Awal Disambut Air Terjun
Kali ini saya akan menceritakan pengalaman rekan saya, Alif dan dua temannya dalam menelusuri Gunung Gede Pangrango.
Mereka memulai pendakian pada pertengahan September 2019. Ia mendaki melalui jalur Cibodas yang berlokasi di Cianjur, dekat dengan Istana Kepresidenan Cipanas. Gunung ini termasuk dalam taman nasional yang ditetapkan sebagai kawasan lindung di Jawa Barat.
Sedari awal, mereka sudah disambut pemandangan elok dari curug yang berada di sana, seperti Telaga Biru dan Panca Weleuh. Menurutnya, jalur ini memang memiliki banyak sumber air.
Lembah Mandalawangi Favorit Soe Hok Gie
Di hari pertama, Alif mendirikan tenda di pos Kandang Badak. Tujuannya adalah menaklukkan puncak Pangrango. Pendakian dimulai pada pukul 05.00 WIB. Sayangnya, mereka tidak dapat menangkap momen sunrise.
Sekitar 10 menit dari puncak terdapat Lembah Mandalawangi. Lembah ini dikenal sebagai tempat peristirahatan favorit Soe Hok Gie. Semasa hidup, aktivis ini memang gemar mendaki sebagai bentuk cintanya pada Indonesia. Setelah meninggalpun, abu jenasahnya ditabur di sini.
Mendaki Dua Puncak Sekaligus
Setelah turun dari puncak Pangrango, Alif kembali ke pos untuk makan siang sekaligus mempersiapkan diri ke puncak Gede. Kebetulan saja di dekat pos terdapat sumber air dan musala sederhana.
Di puncak, Alif dan teman-temannya akan mendirikan tenda. Dengan demikian, barang yang dibawa semakin banyak. Mereka harus hati-hati karena di jalur pendakian terdapat banyak tanjakan berbahaya.
Butuh waktu sekitar 4 jam untuk mencapai puncak Gede. Sesampainya di lokasi, Alif dan teman-temannya langsung mendirikan tenda. Kebetulan di puncak terdapat seorang penjual bernama Kang Jajang. Beliau sudah berjualan di sana selama seminggu. Awalnya mereka berencana berkemah di alun-alun Surya Kencana yang dekat dengan sumber air. Hanya saja, karena pertimbangan fisik dan jalur yang beresiko, mereka memutuskan berkemah di puncak.
Asyik Nikmati Sunset dan Sunrise
Pengalaman berharga didapatkan Alif karena bisa menyaksikan sunrise dan sunset di puncak Gede. Kebetulan sore itu tidak sedang berkabut, sehingga pemandangan matahari bisa terpampang jelas di langit.
Menjelang pukul 07.00 WIB, Alif menuju Lembah Surya Kencana untuk mengambil air. Sayangnya, kondisi lembah sedang tandus dan air yang keluar sangat sedikit.
Ini jadi catatan tersendiri buat Teman Traveler untuk menyiapkan persediaan air yang cukup apalagi saat musim kemarau. Untungnya ada Kang Jajang yang menyediakan stok air bersih. Sesampainya di kaki Gunung Gede, Alif menyempatkan diri buat singgah di pos sumber air panas untuk membersihkan diri. Jalur yang dilalui sama dengan jalur saat naik.
Sekian pengalaman singkat yang bisa saya bagi. Apakah Teman Traveler sudah siap mendaki Gunung Gede Pangrango? Next