Halo Teman Traveler, kali ini saya akan menceritakan pengalaman pribadi saat mendaki Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah. Namun, yang membuatnya istimewa adalah pendakian Gunung Slamet melalui jalur Baturaden yang konon jarang dilewati oleh orang-orang. Jadi, saya bersama satu teman merasa tertantang untuk melewati jalur tersebut. Simak kisahnya di bawah ini, ya.
Baca juga : Rasakan Sensasi Berenang Bersama Penyu di Danau Moko
Perjalanan Pertama yang Banyak Kendala

Untuk mendaki Gunung Slamet via Baturaden, memang diharuskan mendatangi Kebun Raya Baturaden terlebih dulu. Alasannya supaya para pendaki mendapatkan pemandu untuk mengetahui jalur mana yang dilarang dan juga boleh dilewati. Namun sayangnya, sesampainya di titik tersebut, kami disuruh ke Hotel Kemangi untuk menemui pemandunya.
Karena tak menemukan lokasi yang dimaksud, kami mencari hotel yang namanya hampir sama dan ditemukanlah Penginapan Kemuning. Langsung saja kami bertanya tentang pendakian ke Gunung Slamet via Baturaden dan akhirnya diberilah kontak pemandu yang bernama Mas Rio.
Tak berapa lama kami berbincang dan bertanya info lengkap tentang aturan pendakian. Setelah motor kami titipkan, mulailah petualangan menuju gunung megah itu.
Jalur dengan Pemandangan yang Masih Asri

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, jalur Baturaden ini masih jarang dilalui oleh para pendaki. Alhasil, jalur tersebut benar-benar masih tertutup yang ditandai dengan banyaknya rumput di mana-mana. Meskipun begitu, pemandangan yang disuguhkan sangatlah indah. Pohon-pohon masih terbilang asri, sehingga banyak burung yang hidup di sana.
Oh iya, ada hal yang perlu dicatat saat mendaki melalui Baturaden. Disarankan untuk memakai sepatu yang lengkap dengan kaos kaki, baju lengan panjang dan juga celana panjang. Ini karena di jalur tersebut banyak sekali lintah yang bisa menempel di tubuh kalian.
Ada 5 Pos untuk Dirikan Tenda

Pada jalur Baturaden, terdapat lima pos pemberhentian. Menurut saran dari Mas Rio, lebih baik mendirikan tenda di pos 4. Tapi, karena sudah kepalang lelah, kami berdua memutuskan untuk bermalam di pos 3.
Pada saat itu, cuaca sedang cerah-cerahnya, jadi kami bisa melihat hamparan bintang yang sedang bertengger di langit. Kami sangat menikmati malam tersebut, selain pemandangannya yang indah, kondisi di wisata Baturaden ini sangat sepi, hanya ada saya dan teman pada pos tersebut.
Perjalanan Menuju Puncak yang Terbilang Menyeramkan

Menuju ke puncak Gunung Slamet ternyata tak semudah yang dibayangkan. Jalur dipenuhi dengan bebatuan dan pasir, sehingga berisiko jatuh apabila tidak berhati-hati. Tapi, kami tak menyerah begitu saja, jalur yang tampak mengerikan tersebut tetap diterjang demi melihat pemandangan indah dari Gunung Slamet.
Akhirnya kami pun sampai ke puncak. Rasa lelah yang dirasakan sebelumnya hilang seketika setelah melihat panorama dari puncak Gunung Slamet. Namun, kami hanya sebentar saja di atas, dan kemudian memutuskan untuk turun kembali.
Tersesat Tiga Jam Saat Turun Gunung

Ketika turun dari puncak, perjalanan tak semulus yang kami kira. Ini dikarenakan kami salah mengambil jalan dan berakhir tersesat. Butuh waktu tiga jam untuk menemukan jalan yang tepat, sampai-sampai kami mengitari gunung saking bingungnya.
Tapi, perjalanan tersebut cukup mengesankan, karena kami jadi tahu rute-rute mana yang harus diambil beserta patokannya. Menariknya, saat perjalanan, kami menemukan air yang sangat segar berada di sebuah kolam kecil.
Begitulah cerita pendakian Gunung Slamet melalui Baturaden yang sangat mengesankan. Bagi Teman Traveler yang tertantang untuk mendaki melewati jalur ini, tetap berhati-hati, ya. Alasannya karena banyak rute yang bisa membuat kalian tersesat. Jangan lupa juga untuk melindungi tubuh dengan baju dan celana panjang, agar tidak terkena lintah. Next
