Indonesia merupakan negara dengan wilayah perairan terbesar. Tak heran jika jejak maritim Nusantara telah memiliki sejarah begitu panjang. Perjalanan penuh makna tersebut bisa Teman Traveler telusuri di Museum Bahari Jakarta. Meski sempat terbakar di 2017 silam, gedung yang menyimpan beragam koleksi penting ini sudah kembali berdiri kokoh seperti sedia kala.
Baca juga : Tengok Tampilan Baru Kali Besar Kota Tua, Jakarta Namun Rasa Eropa!
Lokasi Museum Bahari
Museum Bahari beralamat di Jalan Pasar Ikan No 1, Penjaringan, Jakarta Utara, dekat Pelabuhan Sunda Kelapa. Bangunannya dulu merupakan gudang milik VOC yang digunakan sebagai tempat menyimpan hasil bumi, seperti rempah-rempah, kopi, teh, tembaga, dan tekstil. Sekarang gedung kuno tersebut telah disulap menjadi ruang pamer jejak sejarah maritim Indonesia.
Jam Buka dan Tiket Masuk
Museum ini buka tiap hari, kecuali Senin dan Hari Libur Nasional. Jam operasional dimulai pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 17.00. Untuk tiket masuknya, sangat murah Teman Traveler. Pengunjung dewasa hanya perlu membayar Rp5.000-an, sementara mahasiswa dan pelajar lainnya masing-masing cukup merogoh kocek Rp3.000-an dan Rp2.000-an.
Jika Teman Traveler datang dengan rombongan minimal 30 orang, bakal mendapat potongan harga 25 persen. Oh ya, tarif tiket yang disebutkan sudah termasuk akses menuju Komplek Menara Syahbandar ya.
Koleksi Museum Bahari
Lantai satu museum ini menyimpan sederet koleksi yang berhubungan dengan aktivitas maritim dari seluruh penjuru Indonesia, mulai Sabang hingga Merauke. Teman Traveler bisa melihat beberapa perahu tradisional asli, dengan aneka bentuk dan ragam hias. Ada juga beberapa versi miniaturnya, dipasang bersama sejumlah koleksi lukisan.
Salah satu koleksi yang cukup menarik perhatian di sini adalah miniatur Phinisi, kapal layar kebanggaan Indonesia. Kapal tradisional karya para pengrajin Bugis ini konon sanggup mengarungi Samudra Pasifik selama 68 hari. Replika yang Teman Traveler lihat di atas dibuat khusus untuk mengikuti pameran bertaraf Internasional di Vancouver, Kanada pada 1986 silam.
Diorama Navigator Dunia
Museum ini juga ceritakan sejarah maritim Indonesia dalam sejumlah diorama yang mewakili aneka peristiwa penting di masa lampau. Salah satunya adalah diorama legenda navigator dunia, Laksamana Cheng Ho alias Zheng He, yang pernah menjejakkan kaki di Nusantara. Tokoh pemeluk Islam ini juga dikenal sangat dermawan dan bijak.
Perpustakaan Museum Bahari
Menuju lantai dua museum, Teman Traveler akan menemukan perpustakaan kecil berisi koleksi buku seputar sejarah maritim Nasional. Jika kalian belum puas dengan informasi yang disampaikan di ruang
pameran, boleh banget belajar lebih lanjut di ruangan ini. Hati-hati jangan sampai lupa waktu ya.
Kompleks Menara Syahbandar
Keluar dari gedung museum, Teman Traveler bisa langsung menyebrang Jalan Pasar Ikan untuk mengunjungi Menara Syahbandar. Struktur menjulang tiga lantai ini dibangun pada 1839.
Tempat ini dulunya berfungsi sebagai menara pengawas dan pengatur lalu lintas kapal di Pelabuhan Batavia. Memasuki masa pendudukan Jepang, menara dimanfaatkan sebagai gudang penyimpanan logistik.
Bagian dalam menara kini dimanfaatkan sebagai ruang pamer. Di sini Teman Traveler bisa melihat sejumlah koleksi peralatan navigasi kuno, seperti teropong, binokular, kompas, dan masih banyak lagi. Naik hingga puncak menara, kalian bakal disambut panorama indah Pelabuhan Sunda Kelapa dari ketinggian.
Pernah Terbakar di 2017
Museum ini sempat dilalap api pada 2017 silam. Si Jago Merah menghanguskan hampir sebagian besar koleksi, termasuk sumbangan dari
Australia, Inggris dan Belanda. Setelah beberapa tahapan konservasi, tempat ini akhirnya baru dibuka kembali pada Januari 2018.
Meskipun koleksi sekarang tidak selengkap sebelumnya, Museum Bahari masih menyimpan kekayaan sejarah bernilai tinggi. Jadi Teman Traveler jangan ragu lagi. Yuk, sempatkan mampir ke sini jika kalian sedang menjelajah wisata Jakarta. Next