Dalam beberapa tahun belakangan pariwisata Indonesia Timur terus mendapat ekspos besar, baik dari media lokal maupun luar negeri. Banyak orang kini sudah akrab dengan nama-nama seperti Raja Ampat, Pulau Kei, dan Banda Neira. Namun jika ingin rehat sejenak dari wisata alam dan mengakrabkan diri dengan budaya lokal, datanglah ke Desa Sasadu.
Baca juga : Ragam Olahan Daging Sapi untuk Lebaran, Inspirasi Buat yang Bosan Ayam
Desa Sasadu terletak di Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat dan sudah lama ditetapkan sebagai desa budaya. Pengunjung yang datang ke sini bakal punya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan warga lokal dan menyelami adat istiadat setempat dari jarak dekat. Desa ini punya sejumlah pesona menakjubkan sehingga layak disebut salah satu ‘Surga’ di Indonesia Timur. Yuk simak apa saja keiistimewaan desa ini.
Rumah adat yang unik
Desa Sasadu hingga kini masih mempertahankan desain rumah adat yang unik. Rumah tersebut memiliki bentuk pendek, hingga setiap orang yang masuk ke dalam harus merunduk. Hal ini ternyata ada kaitannya dengan filosofi soal kepatuhan pada nilai-nilai tradisi dan adat.
Selain dari bentuk luarnya, bagian dalam Rumah Sasadu ternyata juga menyimpan nilai-nilai yang tak kalah penting. Bangunan yang terbuat dari pohon kelapa dan bambu ini memiliki satu paku utama sebagai pasak. Di ujung atapnya terlihat bola-bola yang sengaja digantungkan di sana. Menurut penduduk sekitar, hal ini melambangkan kestabilan.
Rumah Sasadu juga melambangkan nilai musyawarah dan mufakat yang dijunjung tinggi oleh masyarakat setempat. Sebab bangunan ini biasanya digunakan sebagai tempat berkumpul untuk membahas bersama beragam masalah desa. Nilai toleransi juga tergambar kuat di sini, karena Rumah Sasadu terbuka untuk semua orang, tanpa memandang golongan.
Tarian Dabi-dabi
Kekayaan budaya lain dari Desa Sasadu adalah tarian Sara Dabi-dabi. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh enam orang dengan aksesoris adat lengkap. Penduduk setempat biasa memeragakannya jika sedang ada tamu atau rombongan yang datang ke wilayah mereka.
Terdapat kisah unik di balik tarian ini. Konon dulunya anak perempuan Sultan Ternate, Haerun, pernah menangis selama tujuh hari tujuh malam. Tangisan tersebut baru berhenti ketika ada dua orang dari Desa Sasadu datang dan memperagakan tarian dan nyanyian untuk menghibur sang bayi. Sultan kemudian dikisahkan menyebut gerakan tersebut sebagai Tarian Sara Dabi-dabi.
Hutan Mangrove Gamtala
Setelah puas menyelami kekayaan budaya di Desa Sasadu, pengunjung bisa melanjutkan perjalanan ke Hutan Mangrove Gamtala. Lokasinya tak terlalu jauh dan bisa menjadi alternatif yang baik untuk menikmati salah satu sudut keindahan alam Halmahera.
Hutan Mangrove Gamtala sering didatangi turis yang ingin melihat indahnya pemandangan senja, terutama sejak pemerintah menggelar Festival Teluk Jailolo. Di area pintu masuk hutan mangrove terdapat hulu sungai kecil yang mengalir dari Gunung Sahu. Lokasi ini selalu dipadati pengunjung karena airnya terasa hangat.
Itulah tadi sejumlah kekayaan budaya yang bisa disaksikan di Desa Sasadu. Meski terkesan sederhana, desa wisata yang ada di Halmahera tersebut ternyata sanggup mengajarkan pada kita banyak filosofi berguna soal kehidupan dan sopan santun. Next