Dataran Tinggi Dieng dari dahulu memang dikenal punya pesona alam memesona. Dieng Culture Festival merupakan salah satu ajang untuk semakin menarik pelancong datang ke kawasan indah ini. Namun bukan hanya itu. Ada suku dengan anak-anak berambut gimbal yang menjadi pesona budaya di Dieng. Seperti apakah? Yuk, simak cerita dari Nova Kurniawan berikut ini.
Baca juga : Malas Keluar, Ini Aktivitas Asyik yang Bisa Kalian Lakukan saat Tahun Baru
Kesan Pertama Menginjakan Kaki di Dataran Tinggi Dieng
Jumat, 3 Agustus 2018, tepat pukul 13.00 Wib, Nova dan rombongan akhirnya tiba didataran tinggi Dieng. Sesampainya dari sana, mereka di drop di salah satu rumah penduduk yang juga dijadikan homestay selama berada di Dieng.
Suhu dingin yang menembus lapisan jaket tebal pada saat itu mencapai 10 derajat celcius. Namun suasananya jadi terasa lebih hangat lantaran penduduk lokal di sepanjang perjalanan menuju homestay saling tersenyum ramah dan menyapa. Setelah selesai beristirahat dan bersih diri seadanya, Perjalanan di mulai dengan petualangan ke ke bukit ratapan angin.
Bukit Batu Ratapan Angin
Perjalanan ke Bukit Batu Ratapan Angin ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit. Sebelum naik ke atas bukit, Teman Traveker bisa menyempatkan untuk berhenti di warung-warung yang berjajar disepanjang penanjakan ke atas bukit saat lelah.
Dinamakan dengan batu ratapan angin, dikarenakan dari bukit berbatu ini kita dapat mendengarkan suara hembusan angin yang sangat merdu. Dari atas sini juga hamparan awan seolah berjalan dan menari-nari di atas kepala . Pemandangan dua telaga berbeda terpapar sangat manis dan memanjakan mata.
Setelah puas menikmati pemandangan, Teman Traveler bisa mendatangi pertunjukan yang terdapat di Dieng Theater. Letaknya di bawah bukit batu pandang Ratapan Angin. Di theater ini kami dapat menyaksikan asal usul terbentuknya dataran tinggi dieng, yang menurut film tersebut dataran tinggi dieng terbentuk akibat ledakan tektonik gunung sindoro yang akhirnya terbelah dan menyisahkan dataran ditengah gunung.
Anak Gimbal Dataran Tinggi Dieng
Anak Gimbal adalah suku asli dataran tinggi dieng. Nova sempat menyaksikan tingkah mereka dari kejauhan. Ia pun menghampiri mereka untuk meminta foto bersama. Beruntungnya, anak gimbal di Dieng itu dengan senang hati menerima ajakan saya untuk berfoto bersama.
Menurut warga setempat anak gimbal tidak bisa dengan mudah diajak berfoto, jika mereka tidak berkenan. Mereka akan menjauh dari kita dan menghindari kamera. Lalu bagaimana dengan asal-usul dan mitos yang ada di baliknya.
Asal-Usul Anak Gimbal dan Mitos Yang Mereka Bawa
Tidak ada garis keturunan khusus untuk anak-anak berambut gimbal ini, asalkan mereka masih keturunan asli dataran tinggi dieng, maka mereka memiliki kesempatan untuk menjadi anak gimbal.
Konon leluhur mereka Kyai Dole Dete beserta istrinya Nyai Roro Rence mendapatkan wangsit dari penjaga pantai selatan, Kanjebg Ratu Nyi Roro Kidul untuk memakmurkan warga masyarakat di dataran tinggi Dieng.
Kemakmuran masyarakat dieng ini ditandai oleh akan adanya anak-anak gimbal di dataran tinggi dieng. Sejak saat itu munculah anak-anak berambut gimbal didataran tinggi diieng
Anak-anak berambut gimbal ini dipercaya dapat membawa kesejahteraan bagi keluarga dan juga lingkungan dis ekitarnya. “Awalnya anak saya pada saat usia 5 bulan mengalami demam tinggi mas, saya sampai bingung, dibawa kedokter pun dokter tidak dapat menemukan penyakitnya, akhirnya ya saya bawa ke orang pintar di sini mas, dan orang pintar mengatakan bahwa anak saya akan gembel” ternyata benar bapak itu menceritakan kepada Nova bahwa tak lama setelah itu, anak dari bapak tersebut mulai tumbuh rambut gimbalnya.
Bukan Kutukan
“Anak-anak gembel ini bukan kutukan mas, justru mereka membawa berkah bagi keluarga dan warga sekitarnya” begitu kata salah satu narasumber kepada Nova. Dipercaya bahwa orang tua yang memiliki anak gimbal maka rejeki dan segala urusannya akan dilancarkan. “Semua yang diminta anak gembel harus dituruti mas, karena itu bukan permintaan dia, melainkan permintaan si gembel yang ikut dia”.
Saya pun penasaran sampai kapan gimbalnya ini akan tetap ada, apakah seumur hidup? ternyata tidak, anak gembel akan meminta untuk dipotong rambutnya kelak ketika memang mereka ingin di potong, dan di saat itulah orang tua mereka harus melaksanakan pemotongan rambut gimbal di upacara jamasan. “Nanti gembelnya akan hilang kalau si anak sudah minta di jamas mas (dipotong rambutnya), lalu mereka akan meminta sesuatu yang harus dituruti oleh orang tuanya sebagai syarat” ungkap salah satu warga Dieng.