Milenial yang lahir di era 90-an terbilang beruntung dengan berbagai hal asyik di zamannya. Ragam permainan tradisional dan jajanan khas selalu menjadi andalan. Kini mereka yang berusia 20-an tak jarang merindukan kuliner masa lalunya. Berbekal rasa rindu akan jajanan tradisional, saya menyambangi Pasar Bantul di Yogyakarta. Berada sekira 50 menit dari pusat kota Jogja, pasar tradisional ini selalu ramai dari dini hari hingga larut malam. Sementara kali ini, saya menyusuri pasar waktu pagi. Ragam kebutuhan harian tertata abstrak pada kios di dalam dan luar pasar. Ada jajaran pakaian, perhiasan, sayuran, makanan, tukang jahit. Jajanan di dalam pasar cukup banyak, ada dhawet ayu, mie pentil, pecel, jamu, hingga gathot dan tiwul.
Baca juga : Museum Sewu Rai, Benarkah Ada Seribu Wajah di Dalamnya?
Sementara di luar pasar, jajanan bisa dijangkau lebih mudah. Tak perlu memarkirkan kendaraan, pengunjung bisa langsung melakukan transaksi. Waktu pagi ada sate ayam, es cincau, batagor, cilok, gorengan, kue, dan lain sebagainya. Nah, kalau malam lebih asyik dengan wedang ronde, roti bakar, leker, fried chicken, Dan menu lainnya.
Harganya Receh
Teman Traveler suka mengumpulkan uang receh? Pas banget, terang bulan mini ini dibanderol dengan harga Rp 1.000 saja per buah. Setiap harinya bapak penjual menyiapkan 200 lembar terang bulan. “Kok Bapak bisa bertahan dengan harga murah? Saya biasanya beli harganya di atas Rp 5.000”, ucap kawan saya. Beliau menjawab “Pembeli saya kebanyakan anak-anak, Mbak. Sebenarnya ingin menaikkan harga, tapi nanti daya beli mereka turun. Saya ambil untung sedikit yang penting halal.”
Jajanan Ini Sudah Jarang Ditemui
Saya jarang menemui jajanan masa kanak-kanak ini di Daerah Bantul dan Yogyakarta. Tak heran jika Bapak penjual mengaku sering dikejar pembeli remaja yang ingin bernostalgia. “Saya sering diwawancara pembeli yang sengaja mencari terang bulan ini. Kata mereka sudah sulit mencari kudapan sederhana ini,” ucap beliau.
Terang bulan ini terbuat dari bahan dasar tepung terigu. Untuk mempercantik tampilan, ditambahkan pewarna makanan yang aman. Lembaran terang bulan diisi gula halus dan susu kental manis cokelat. Pori-pori terang bulan membuat gula dan susu meresap dalam kue. Lembaran terang bulan berbentuk lingkaran tersebut dilipat menjadi sabit. Rasanya manis dan mengenyangkan.
Ada Siomay Mini
Bila Teman Traveler kurang suka dengan rasa manis, silakan mencoba siomay mini. Siomay tanpa isi ini dijual dengan harga bersahabat. Kala itu saya membeli Rp 5.000 saja, porsinya banyak. Untuk saya yang bertubuh kecil, satu porsi siomay ini bisa disulap menjadi asupan makan siang. Rasanya khas, ditambah dengan saus pedas manis.
Sisi lain Pasar Bantul menawarkan beberapa permainan anak. Mainan favorit anak-anak adalah odong-odong. Permainan dengan harga Rp 5.000 ini selalu ramai pengunjung. Pun operasionalnya hingga malam hari.
Itulah ulasan mengenai Terang Bulan Dokpri oleh Latifah Ayu Kusuma, salah satu kontributor Travelingyuk. Asyik bukan? Pasar Bantul buka setiap hari ya. Silakan Teman Traveler mampir jika sedang berada di Kota Gudheg. Next