Telah memasuki bulan Desember, artinya hari Natal sudah di depan mata. Beberapa daerah bahkan telah memulai rangkaian perayaan hari kelahiran Yesus Kristus ini. Terdapat beberapa tradisi Natal di Indonesia yang dijalankan sejumlah penduduk Tanah Air. Seperti apa dan di mana saja adat istiadat tersebut dilakukan? Yuk simak ulasan lengkapnya.
Baca juga : Rekomendasi 3 Tempat Ngopi Terbaik di Kota Kupang, Pas Buat Nongkrong Malam
Rabo-rabo, Jakarta
Ibukota memiliki tradisi Natal yang hanya bisa dijumpai di Kampung Tugu, Semper Barat, kecamatan Koja, Jakarta Utara. Penduduk kampung Tugu merupakan keturunan Portugal sehingga kebiasaan mereka pun layaknya bangsa yang dulu pernah menjajah Indonesia tersebut. Sama halnya dengan tradisi Natal disebut rabo, dalam bahasa Portugal berarti mengekor.
Orang kampung Tugu menyebutnya rabo-rabo. Setelah pulang dari gereja saat hari Natal, mereka berkeliling rumah tetangga sembari memainkan musik keroncong. Warga yang didatangi harus mengekor alias ikut berkeliling sampai rumah terakhir. Diikuti dengan mandi-mandi, yaitu membersihkan diri dengan saling mencoretkan bedak putih sebagai simbol menghapus kesalahan masa lalu dan membuka lembaran baru untuk tahun berikutnya.
Penjor dan Ngejot, Bali
Tradisi Natal di Indonesia selanjutnya berasal dari Bali yang dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat Hindu di pulau tersebut, penjor dan ngejot. Penjor merupakan hiasan dari anyaman janur kelapa. Masyarakat yang merayakan Natal pun memasang penjor di pagar atau halaman rumah.
Dilanjutkan dengan ngejot yaitu membagi-bagikan makanan khususnya kuliner khas Bali kepada orang lain. Hiasan penjor tersebut bisa dilihat di desa Blimbingsari dan Dalung. Bahkan mereka mengenakan pakaian adat Bali ketika melakukan ibadah di gereja. Kalau Teman Traveler berwisata di Bali pada waktu tersebut, dapat menyaksikan secara langsung kemeriahan perayaan Natal dengan kearifan lokal tersebut.
Wayang Wahyu, Jogja
Masyarakat di Jogja pun memiliki tradisi Natal yang dibumbui dengan kearifan lokal. Pendeta biasanya mengenakan beskap dan blangkon ketika memimpin ibadah, plus menggunakan bahasa Jawa Halus saat menyampaikan khotbah. Terdapat pula pertunjukan wayang kulit yang menggambarkan kelahiran Yesus Kristus. Saat hari Natal, penduduk Jogja berkeliling ke rumah tetangga dan sanak saudara. Tidak jarang anak-anak akan mendapatkan uang saku alias angpau.
Marbinda, Batak Toba-Medan
Masyarakat Batak Toba di Medan pun merayakan Natal dengan penuh suka cita, disertai dengan tradisi disebut Marbinda. Mereka mengumpulkan dana, hewan yang dibeli bergantung pada jumlah uang yang terkumpul. Misalnya saja sapi, dipotong-potong kemudian dibagi kepada masyarakat yang ikut andil dalam patungan uang tersebut. Diberikan juga kepada orang-orang kurang mampu di kawasan tersebut. Tidak hanya di Medan, marbinda juga dilakukan perkampungan yang dihuni suku Batak di Sumatera Utara.
Barapen dan Pondok Natal, Papua
Tradisi Natal di Indonesia yang disebut barapen ini berasal dari Papua. Setelah melakukan misa di gereja, penduduk memasak bersama menggunakan media batu. Maka dari itu tradisi ini pun disebut Batu Bakar. Mereka memasak babi dan bahan-bahan lainnya, kemudian dimakan bersama. Barapen dilakukan sebagai wujud rasa syukur, saling berbagi, dan kebersamaan.
Orang-orang di Papua juga merayakan Natal dengan membangun pondok di depan rumah, pekarangan, pinggir jalan, bahkan di depan kantor. Pondok Natal dihiasi beragam pernak-pernik seperti pohon Natal, boneka Sinterklas, miniatur gereja, lonceng, dan lampu hias. Ketika malam tiba, keberadaan pondok Natal semakin terlihat berkat kerlap-kerlip lampunya. Bahkan terdapat kompetisi pondok Natal untuk menguji kreativitas pemuda Gereja.
Lampu Pelita dari Bambu dan Embong, Manggarai-Flores
Tradisi Natal di Indonesia kali ini berasal dari Manggarai di Flores. Penduduk kawasan ini menyalakan lampu pelita terbuat dari bambu dengan bahan bakar minyak. Lampu-lampu tersebut diletakkan di depan gereja. Dilanjutkan dengan tradisi Embong, yaitu peragaan di mana seorang ibu bernyanyi untuk menenangkan anaknya sembari digendong, kemudian berjalan menuju kandang Natal di sekitar altar gereja.
Meriam Bambu, Flores
Orang-orang Flores menyambut Natal dengan membunyikan meriam yang terbuat dari bambu. Dahulu, meriam ini memiliki kegunaannya untuk memberitahukan jika ada orang meninggal. Kini dentuman meriam bambu ini sebagai pertanda sukacita atas kelahiran Yesus Kristus.
Membunyikan Lonceng dan Sirine, Ambon
Tradisi Natal di Indonesia yang dijamin akan membuat perayaan ini semakin meriah ada di Ambon. Masyarakat Ambon akan membunyikan segala lonceng dan sirine sebagai bentuk kebahagiaan menyambut hari lahir Yesus. Mereka pun merayakan Natal mulai awal Desember. Kebiasaan lain yaitu kepercayaan bahwa Sinterklas dan Piet Hitam akan datang berkunjung ke rumah-rumah.
Kunci Taon dan Festival Desember, Manado
Manado merayakan Natal mulai dari tanggal 1 Desember. Diisi dengan beragam kegiatan disebut dengan pra-Natal. Mulai dari membersihkan makam sanak saudara, membunyikan lagu-lagu Natal, pawai Sinterklas, mengunjungi rumah-rumah, dan lainnya. Kegiatan ini pun ditutup dengan tradisi Kunci Taon yaitu orang-orang pawai mengenakan kostum-kostum menarik.
Tahun 2018 ini terdapat pula Festival Desember, merupakan bentuk perayaan Natal. Terdapat lomba kampung Natal, kompetisi paduan suara, kampung kuliner, dan agenda lainnya yang diakhiri pada malam tahun baru.
Lovely Desember (Kemilau Toraja), Suku Toraja-Sulawesi Selatan
Suku Toraja di kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, dan Mamasa merayakan Natal dengan festival, biasa disebut Lovely December atau Lovely Toraja. Festival tersebut dirayakan bergantian di tiga kabupaten. Tahun ini diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten Tana Toraja. Rangkaian kegiatan dimulai dari tanggal 1 Desember, seperti Natal Oikumene, Toraja Ring Road Christmas Day, dan banyak lainnya.
Itulah tradisi Natal di Indonesia yang sampai kini masih dilakukan. Menyambut dengan sukacita dan dibumbui dengan kebersamaan dan keharmonisan. Apakah tradisi Natal di daerah Teman Traveler? Yuk, berbagai di kolom komentar. Next