Menyantap kuliner kikil memang enak. Apalagi di tempat yang memiliki cuaca sedikit panas semakin menambah kenikmatan sajian kuliner yang satu ini. Di Cepu Jawa Tengah, ada tempat vintage dengan masakan kikil merconnya. Tempat ini sedang hits di kalangan anak muda setempat karena keunikan tempat makannya menggunakan kayu tua unik.
Baca juga : Nasi Pathik Mbak Ut Tulungagung, Nikmatnya Konsisten Hampir Dua Dekade
Warung Dhahar/Angkringan Gharru Alas berlokasi di Jl. Tuk Buntung Sidomulyo, Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah. Tempatnya selalu ramai pengunjung dalam kota maupun luar kota. Terutama di kalangan anak muda. Untuk menuju ke sini, dari taman seribu lampu ambil ke arah barat sedikit sampai menemukan taman Tuk Buntung dan ikuti jalur satu arahnya kurang lebih 100 meter. Warung ini mudah dijumpai karena bangunannya yang beda dari yang lain.
Memasuki area makan yang pertama dari Gharru Alas, kita akan dibuat takjub akan penggunaan pilar-pilar kayu bekas berukuran besar yang masih kokoh dengan beberapa lubang tampak dibiarkan alami.
Hiasan-hiasan patung maupun furniture juga banyak memanfaatkan
sisa penggunaan alat kegiatan sehari-hari seperti bekas dari pembajak sawah yang di tarik sapi, kalung sapi usang, jendela dan pintu bekas, lemari kayu kuno kecil yang berlubang, Roda bekas andong hingga lampu-lampu kuno dari yang masih berfungsi hingga yang mati pun tak luput ada di tempat ini pula.
Terdiri dari 5 bagian tempat makan, semuanya memiliki keunikan sendiri, seperti meja panjang berkayu tebal yang dibentuk menyerupai sampan kecil, atau ke ruang sebelahnya yang menggunakan pilar kayu utuh yang hanya dibuang kulitnya. Saya sendiri baru pertama kali ketempat ini, tertarik mampir karena ramainya pengunjung yang sangat nampak dari luar.
Karena angkringan, menu yang disajikan hampir mirip dengan angkringan tempat lain pada umumnya dan dari semua menu saya langsung ingin mencoba kikil merconnya.
Pelayanan disini sangat cepat dan dalam sekejap pesanan saya sudah siap untuk di santap. Tempat yang saya pilih sedikit redup pencahayaannya jadi harus sedikit memilah antara cabai dengan kikil, karena saat sajian ini disajikan hidung saya tersengat aroma cabai yang kuat.
Saat icip kuah nya terasa sangat segar dan pedas dengan bumbu rempah yang kaya, sangat khas. Untuk kikil nya juga tidak terlalu keras dan tidak terlalu empuk pula, tapi ini yang penting adalah tidak berbau kikil sehingga terasa nyaman ketika menikmatinya.
Untuk rasa kuah nya memang juara. Bahkan saat nasi sudah habis pun kuah kikil mercon yang masih tersisa saya sendok perlahan sampai habis sambil mengecap rasanya yang lezat dan segar bercampur pedas.
Memang pantas kalau tempat makan ini ramai, mau sekedar nongkrong atau makan berat pun sama-sama-sama enak dan nyaman.
Bagi sobat kuliner yang penasaran akan tempat vintage dengan sajian yang memanjakan lidah ini,saya sarankan untuk datang menjelang sore agar dapat menikmati keunikan bangunan dan hiasan pada warung ini yang banyak menggunakan kayu dan material bekas serta menghindari mata lelah karena pencahayaan yang redup dan penggunaan lampu warna-warni. Baik tempat maupun sajian kulinernya memang sangat sayang untuk dilewatkan. Next