Berita duka datang dari dunia seni Indonesia. Djaduk Ferianto, seniman legendaris serba bisa, wafat dalam usia 55 tahun pada dini hari tadi pukul 02.30 WIB setelah berjuang melawan penyakit darah tinggi yang dideritanya sejak lama.
Baca juga : Pantai Tanjung Kuako di Pulau Seram, Keindahan Pantai Berbatu dan Hamparan Lautan Biru
Sebagai bentuk penghormatan terakhir, Travelingyuk secara khusus akan mengulas kiprah dan jasa-jasanya dalam memajukan kebudayaan Indonesia.
Lahir dari Keluarga Seni
Raden Mas Gregorius Djaduk Ferianto lahir di Yogyakarta, 19 Juli 1964. Ayahnya, Bagong Kussudiardja, adalah seorang maestro tari, koreografer, pelukis, dan aktor Indonesia yang namanya sudah melegenda. Iapun berhasil menelurkan salah satu tempat belajar budaya terbaik bernama Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (PSBK).
Sementara itu, kakaknya, Butet Kartaredjasa, mengikuti jejak ayahnya sebagai pemain teater dan penggiat kebudayaan. Ia terkenal karena celotehan satirnya yang pedas dan khas.
Dibesarkan dari keluarga seniman dan penggiat kebudayaan membuat darah seni Mas Djaduk, sapaan akrabnya, mengalir deras. Selain itu, pergaulannya dengan para siswa PSBK makin membuat dirinya giat memopulerkan kesenian Indonesia.
Dirikan Kelompok Seni Produktif
Meskipun berlatar belakang pendidikan seni rupa, Mas Djaduk lebih lebih menekuni bidang musik dan mengombinasikannya dengan kesenian teater. Iapun sempat mendirikan beberapa kelompok seni, salah satunya yang terkenal adalah Kelompok Kesenian Kua Etnika.
Didirikan di tahun 1995 bersama Butet Kertaradjasa dan Purwanto, komunitas ini menggabungkan musik etnik dan modern, misalnya mengaransemen lagu daerah dengan sentuhan jazz sambil menggunakan benda-benda anti mainstream sebagai instrumen tambahan, seperti perkakas dapur atau mainan anak.
Mas Djaduk juga terkenal lewat kelompok musik humor Orkes Sinten Remen yang ia dirikan di tahun 1997. Di sini, ia mengaransemen musik keroncong dan membuatnya terdengar lebih progresif dan dinamis sesuai perkembangan zaman.
Adu Akting dengan Aktor Kawakan di Film ‘Petualangan Sherina’
Karier Djaduk Ferianto semakin menanjak saat dirinya tampil di acara musik dan kebudayaan Dua Warna RCTI pada tahun 1996. Dari sanalah ia dipercaya memegang beberapa project di dunia entertainment tingkat nasional, salah satunya yang paling terkenal adalah film ‘Petualangan Sherina’.
Selain dipercaya sebagai penata musik bersama Elfa Secioria, dalam film yang dibintangi Sherina Munaf dan Derby Romero ini, Mas Djaduk berperan sebagai Kertarajasa, tokoh antagonis utama yang sangat berambisi untuk membangun megaproyek di kawasan Lembang, termasuk di atas tanah perkebunan milik Ardiwilaga (yang diperankan Didi Petet), ayah Sadam (diperankan Derby Romero).
Film yang dirilis tahun 2000 ini meledak dan banjir penghargaan nasional, membuat popularitas para pemain dan produsernya melambung tinggi, termasuk Mas Djaduk sendiri.
Inisiator Acara ‘Ngayogjazz Festival‘
Mas Djaduk juga dikenal sebagai pendiri perhelatan musik paling bergengsi di Yogyakarta, yakni ‘Ngayogjazz‘. Terselenggara sejak tahun 2007, event ini sudah sukses memperkenalkan musisi-musisi muda khas Yogyakarta yang beragam dan berprestasi.
Perhelatan ini diadakan sebagai bentuk ‘perkawinan’ antara musik tradisional seperti keroncong dengan aliran modern yang diwakili musik jazz. Selain itu, konser ini berkonsep unik, di mana jarak antara panggung dan penonton sengaja dibuat saling berdekatan tanpa dihalangi sekat. Tujuannya jelas, yakni memungkinkan terjadinya interaksi yang lebih hangat antara penyanyi dan penikmat musik.
Garap Lagu Rohani, Wujud Kedekatan dengan Tuhan
Selain sebagai seniman legendaris, Mas Djaduk juga dikenal sebagai sosok yang religius. Ia dipercaya menjadi music director film ‘Soegija’ yang menceritakan sepak terjang uskup agung pribumi pertama Indonesia sekaligus pahlawan nasional, Mgr. Albertus Soegijapranata.
Mas Djaduk mengaku, sebelum menggarap musik untuk film ini, ia banyak berdoa dan berpuasa agar mendapatkan inspirasi terbaik dalam menelurkan karya terbaik.
Di samping itu, ia pernah menggarap sekaligus memproduksi madah pujian kepada Bunda Maria yang berjudul ‘Nderek Dewi Maria‘. Lagu berbahasa Jawa ini sangat populer dan sering dilantunkan di akhir peribadatan atau event Gereja Katolik Indonesia, khususnya di daerah Jawa.
Itulah tadi ulasan tentang karya dan jasa Mas Djaduk Ferianto. Semoga warisannya yang kaya tetap abadi dan menjadi inspirasi bagi dunia kesenian Indonesia. Next