Gempa dengan magnitudo 6,4 SR yang mengguncang Pulau Lombok, Sumbawa, dan Bali pada, Minggu (29/7), mengakibatkan kerusakan parah. Meskipun pusat gempa berada di perairan utara Pulau Lombok, namun Kabupaten Lombok Timur adalah kawasan yang paling parah terdampak. Dilansir dari BBC Indonesia, gempa di Lombok Timur tersebut mengakibatkan 14 orang meninggal dunia, lebih dari 160 orang luka-luka, dan jumlah di atas 1.000 rumah rusak parah.
Baca juga : Enjoying Traditional Snacks from Central Kalimantan
Gempa di Lombok Timur ini tak hanya berdampak di pemukiman warga, namun juga di kawasan Pegunungan Rinjani. Papan di gapura gerbang pendakian Gunung Rinjani melalui Jalur Senaru juga terlihat roboh. Gempa yang berkekuatan besar tersebut juga mengakibatkan beberapa pos pendakian Gunung Rinjani ambruk. Selain itu, dampak gempa di Lombok Timur ini juga mengakibatkan masyarakat Pura Agung Rinjani harus hidup sementara tanpa listrik dan air.
Saat terjadi gempa di Lombok Timur, ratusan pendaki sedang berada di Gunung Rinjani. Dilansir dari CNN Indonesia, petugas Taman Nasional Gunung Rinjani, Rudi, menjelaskan semenjak 27 Juli 2018 tercatat sebanyak 826 orang yang melakukan pendakian ke Gunung Rinjani. Jumlah tersebut terdiri dari 617 wisatawan mancanegara dan 203 wisatawan lokal, termasuk porter dan guide.
Hingga artikel ini ditulis, masih terdapat 333 pendaki terjebak dan masih menunggu kedatangan tim gabungan yang terdiri dari ranger TNGR, Basarnas, BPBD, Brimob, dan TNI.
Proses evakuasi sendiri telah kembali dilakukan semenjak pukul 07.00 WIB, Senin (30/07/2018). Setidaknya tedapat tiga titik konsentrasi pendaki yang terjebak, diantaranya adalah Danau Segara Anak, Sembalun, dan Batu Ceper.
Karena longsoran dari tebing yang menutup jalur pendakian, evakuasi berjalan cukup sulit. Material batu dan tanah yang menghalangi akses jalan membuat proses evakuasi berlangsung panjang. Akibat bencana ini, satu pendaki asal Makassar bernama Mochammad Ainul Taksim meninggal dunia di Rinjani karena pendarahan pada bagian kepala. Next