Kota Bandung memang memiliki banyak daya tarik bagi para wisatawan, baik dari segi alam, kuliner, hingga budayanya. Salah satu keunikan yang tersaji dari kota kembang ini bisa dilihat dari adanya keberadaan sebuah bangunan masjid berarsitektur oriental khas Tionghoa yang berada di Jl. Tamblong yakni Masjid Lautze 2. Bagi kalian yang ingin melihat apa saja keunikannya, bisa simak ulasan berikut.
Baca juga : Pelesir di Peternakan Kuda, Bisa Bergaya bak Koboi di 5 Tempat Ini
Mengenal Sekilas Masjid Lautze 2
Pada tahun 1991, seorang mualaf keturunan Tionghoa bernama Oei Tjeng Hien atau yang lebih dikenal dengan Haji Karim Oei mendirikan Lautze sebagai sebuah masjid yang memfasilitasi beragam informasi tentang islam bagi etnis Tionghoa di Jakarta. Karena dirasa penyebaran informasi islam tak hanya bisa dilakukan di satu tempat saja, akhirnya dipilihlah Kota Bandung sebagai wadah pusat informasi selanjutnya pada tahun 1997. Selain itu, masjid peranakan China ini juga memiliki semacam badan konsultasi bagi calon mualaf.
Awalnya, masjid ini hanya menempati sebuah ruko berukuran kecil yang hanya bisa memuat sekitar 50 jamaah. Baru di beberapa tahun belakangan ini, Masjid Lautze 2 telah melakukan renovasi beberapa kali hingga akhirnya saat ini bisa menampung 100 jamaah.
Tahun ini, Masjid Lautze 2 sudah siap untuk memperluas area masjid guna membuat kondisi masjid lebih kondusif sehingga memuat lebih banyak lagi jamaah. Berhubung bangunan yang digunakan masjid ini adalah sebuah cagar budaya, maka proses renovasi masjid hanya akan memperluas ke area samping masjid, tidak diperkenankan meningkatkan tinggi bangunan ke atas karena akan mengubah bentukan asli bangunannya.
Dahulu, Masjid Lautze memiliki jam operasional layaknya jam kerja pada umumnya yaitu Senin-Jumat, pukul 09.00-16.00 WIB saja. Namun, baru di awal 2016, pihak pengurus masjid mulai merubah aturan untuk membuka jam Masjid Lautze layaknya masjid pada umumnya yaitu setiap hari dari mulai bada subuh hingga isya. Hal ini dikarenakan mulai banyaknya orang-orang disekitar kawasan tersebut yang agak kesulitan untuk mencari masjid terdekat..
Masjid Unik Bergaya Oriental Pertama di Bandung
Bangunan Masjid Lautze 2 sangat kental dengan nuansa oriental yang khas, mulai dari eksterior dan interiornya. Itu terbukti dengan beberapa paduan antara lampion yang terpasang di depan, beberapa partisi yang diukir ala ornamen cina, hingga bentukan dan hiasan mimbar masjidnya. Warna merah dan kuning yang khas akan bangunan klenteng, diaplikasikan juga di masjid ini.
Berada di masjid yang kental dengan nuansa oriental ini seakan bisa merasakan adanya pembauran dan toleransi yang nyata. Semua orang bebas dan diperbolehkan masuk untuk beribadah. Bahkan menurut Koh Rahmat, tidak jarang juga banyak kaum non muslim, terutama Tionghoa yang datang berkunjung dan ikut berbaur untuk sekedar berbincang mengenai islam. Dari situlah mungkin bisa dikatakan bahwa cikal bakal jejak Tionghoa menyebarkan agama islam berawal dari Masjid Lautze 2.
Mengintip Kegiatan Rutin Para Mualaf di Hari Ahad
Tugas DKM Masjid Lautze 2 tidak berhenti sampai peresmian menjadi seorang muslim saja. Lebih dari itu, para pengurus masjid bertugas untuk mengantar dan membina para mualaf untuk mendalami Islam jauh lebih dalam, terutama dalam beribadah.
Oleh sebab itu, setiap di hari ahad, jam 09.00-15.00 WIB, pengurus membuka sebuah pembinaan rutin bagi mualaf yang ingin belajar lebih dekat soal Islam. Pembinaan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu tadabur Al-Quran yang dibina oleh Koh Rahmat, salat dhuhur dan makan siang bersama, serta kegiatan mengaji bersama yang dibagi beberapa kelas berdasarkan tingkat belajarnya.
Pembinaan rutin ini semakin ramai didatangi menjelang siang oleh para mualaf yang notabenenya seorang Tionghoa. Mulai dari anak kecil hingga paruh baya pun cukup banyak yang hadir. Mereka sangat antusias dengan setiap penjelasan dan pembelajaran yang diajarkan. Para pembina pun tak hanya dari pengurus Masjdi Lautze 2 saja, namun juga bekerja sama dengan beberapa lembaga islam dan para relawan masjid.
Pendampingan Bagi Mualaf di Lautze Mualaf Center
Di samping masjid, berdiri pusat pendampingan bagi calon mualaf yang membutuhkan informasi islam dengan pendekatan budaya Tionghoa. Tak hanya itu, ada juga beberapa kegiatan yang diselerangarakan, antara lain kursus bahasa mandarin, bahasa arab dan kursus Shufa (seni kaligrafi Tionghoa).
Kegiatan lainnya yang tak kalah menarik yaitu Khalifah Singer dan Lautze Publishing. Khalifah Singer sendiri merupakan kelompok vokal lagu-lagu Islam yang dikemas dengan sentuhan musik dan instrumen khas Tionghoa. Sedangkan Lautze Publishing merupakan penerbitan yang memberi fokus pada pencetakan buku-buku islami dan Tionghoa.
Kegiatan yang ada di Masjid Lautze 2 tidak hanya sekedar untuk para mualaf. Semua masyarakat umum sangat dibebaskan jika ingin mengikuti kegiatan belajar mengaji bersama, baik di hari biasa maupun ahad. Pengurus masjid pun sangat terbuka jika ada yang ingin menjadi relawan masjid, baik untuk sekedar merawat masjid atau menjadi pengajar Al-Quran.
Itulah sekilas mengenai apa saja yang ada di Masjid Lautze 2. Dari sini kita sudah tahu, bahwa toleransi umat beragama sangat kental di masjid ini. Bahkan, masjid pun juga membuka pintu selebar-lebarnya untuk siapa saja yang ingin berdiskusi. Bagaimana, apakah kalian tertarik untuk berada di sini? Next