Pada 27 hingga 28 Mei 2021 dan 15 Juli 2021 matahari akan berada tepat di atas Kabah, terjadi dua tahun sekali. Adanya fenomena ini dimanfaatkan sebagai momen menentukan kembali arah kiblat bagi umat Islam. Berikut penjelasan lengkap dan cara mengukurnya.
Baca juga : Kim Teng, Kedai Kopi Legendaris Langganan Pejabat di Riau
Matahari di Atas Kabah
Peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lembaga Antariksa Penerbangan Nasional (Lapan) Andi Pangeran menjelaskan mengapa peristiwa matahari di atas Kabah selalu dijadikan momentum untuk memperbarui arah salat bagi umat Muslim.
Dikarenakan matahari tepat berada di atas Kabah ketika tengah hari, maka setiap bayangan pada tempat lain akan mengarah ke Kabah, sehingga bayangannya menjadi arah kiblat.
Mengukur Dengan Cara Sederhana
Selanjutnya untuk mengukur arah salat saat matahari di atas Kabah yaitu dengan cara sederhana, menggunakan benda tegak tidak berongga di bagian alasnya seperti tongkat, botol, kaleng atau spidol. Pada waktu yang sama ketika terjadinya peristiwa, bayangan akan diamati pukul 12.27 waktu Saudi atau 16.17 WITA.
Namun mengingat wilayah Indonesia sudah memasuki pukul 18.17 WIT saat peristiwa itu terjadi, maka pengukuran tidak dapat dengan cara tersebut dikarenakan tidak ada lagi matahari yang menghasilkan bayangan petunjuk kiblat.
Nadir Kabah
Kemudian cara untuk mengukurnya menggunakan fenomena Nadir Kabah yaitu matahari tepat berada di bawah Kabah saat tengah malam atau matahari berada di atas titik antipoda. Titik antipoda adalah titik yang jaraknya 180 derajat. Jika menggunakan metode ini arah kiblat dapat diukur pada pukul 00.17 waktu Saudi atau 06.17 WIT.
Metode ini tidak dapat dipraktikkan oleh masyarakat yang ada pada zona WIB dan WITA, sebab matahari belum muncul sehingga belum bisa menghasilkan bayangan. Sayangnya metode pengukuran ini tidak bisa 100 persen tepat atau presisi.
Pengukuran Berbeda
Tidak hanya saat atau waktu tepat matahari di atas Kabah ternyata pengukuran bisa dilakukan di waktu sebelum atau sesudahnya. Pengukuran antara 30 menit sebelum hingga sesudah momen puncaknya.
Hanya saja metode ini dapat dilakukan di wilayah dengan ketinggian matahari cukup rendah (<30 derajat). Sebab pada daerah dengan kriteria tersebut perubahan azimutnya tidak terlalu besar dan Indonesia masuk di dalamnya.
Cara Pengukuran di Indonesia
Dengan demikian Indonesia bisa melakukan pengukuran 30 menit sebelum dan sesudah waktu puncak yang telah ditentukan. Selain itu bisa juga dilakukan 2 hari sebelum hingga 2 hari sesudah peristiwa dengan catatan di jam yang sama. Jadi ada dua alternatif di hari yang sama dengan interval +/- 30 menit atau di jam yang sama dengan interval +/- 2 hari.
Demikian penjelasan dan cara menentukan arah kiblat saat matahari tepat di atas Kabah. Next