Berkunjung ke Purwokerto, Jawa Tengah belum lengkap rasanya kalau tidak mampir ke Toko Roti Go. Kulinernya legendaris dan wajib dicicipi, seperti apa? Berikut ulasannya.
Baca juga : Terkuak! Rahasia Di Balik Susu Sapi Logo Beruang Iklan Naga, Baik Banget Buat Partner Traveling
1. Toko Roti Pertama di Indonesia
Konon toko Roti Go adalah toko roti pertama di Indonesia. Sudah ada sejak tahun 1898, tahun ini umurnya sudah 118 tahun. Resep turun temurun dipertahankan demi menjaga kualitas dan nilai sejarahnya. Meski begitu sang pemilik enggan mengklaim status sebagai yang pertama di Nusantara karena tak ada data resmi sebagai pendukung.
2. Sejarah Roti Go
Pada 1898 pasangan Oei Pak Ke Nio dan suaminya, Go Kwe Ka mencoba membuat dan membuka toko roti. Sebutan Roti Go diambil dari nama pemilik. Kini toko roto ini dikelola pasangan suami istri Pararto dan Rosani Wiogo, cucu pendiri toko yang berumur 118 tahun.
3. Tokonya Sederhana dan Bersih
Lokasinya di pusat kota, tepatnya di Jl. Jenderal Sudirman No. 724 Purwokerto. Menempati bangunan sederhana, klasik dan bersih. Interiornya tak jauh beda dengan toko roti lain. Namun umurnya yang berabad-abad menjadikan Roti Go sangat spesial.
4. Pakai Resep Tradisional dan Tanpa Pengawet
Roti yang dijual di sini menggunakan resep tradisional turun temurun dan tanpa bahan pengawet, pemanis, pengembang maupun pewarna. Roti hanya awet selama dua hari dan kalau tidak habis terjual, keesokan harinya langsung dibuang. Oleh karena itu produksi dilakukan setiap hari. Adonan dibuat dari bahan alami dan diolah dengan tangan. Harga roti rata-rata berkisar Rp3.000 sampai Rp6.000. Cukup murah tapi rasanya tetap enak dan bikin ketagihan.
5. Banyak Variannya
Roti yang dijualnya di antaranya roti manis, roti sobek, dan roti-roti tradisional lainnya. Kini isinya lebih bervariasi dari yang dulunya berisi pisang, cokelat, dan kranten, sekarang sekitar 80 varian roti dan sekitar 10 jenis cake. Andalan mereka antara lain roti kopi brood, dan roti sobek isi daging ayam kampung.
6. Susah Dibuat Oleh-oleh
Karena tanpa bahan pengawet dan hanya mampu bertahan selama dua hari maka roti ini sulit dibawa sebagai oleh-oleh. Bagi pemiliki kualitas yang diutamakan. Biasanya pengunjung yang membeli langsung memakannya.
8. Terancam Tutup
Sebentar lagi pengelolaan toko ini sudah berganti ke generasi berikutnya karena usia pemiliki yang sudah lanjut lebih dari 60 tahun. Namun anak Pararto dan Rosani belum ada yang bersedia meneruskan usaha keluarga turun temurun itu. Mereka lebih suka menekui bisnis di bidang lain. Mungkin nanti pengelolaan diserahkan kepada saudara yang lain, asalkan jangan sampai tutup.
Mau coba? Next