Tanggal 11 Januari 2020 dini hari nanti, Indonesia akan kebagian fenomena langit yang menarik, yakni gerhana bulan penumbra. Seperti apakah peristiwa alam ini? Apa yang membedakannya dengan gerhana lainnya? Simak ulasan lengkap mengenai gerhana bulan pertama di 2020 ini.
Baca juga : Devoyage, Wisata Baru di Bogor Sajikan Atmosfer ‘Little Eropa’
Kenali Gerhana Bulan
Sebelum melihat gerhana bulan, ada baiknya kita kenali dulu fenomena alam ini dengan singkat. Gerhana bulan terjadi karena Bumi memiliki dua bayangan, yaitu gelap (umbra) dan terang (penumbra). Ketika orbit Bulan berpotongan dengan Bumi, Bulan bisa masuk ke dalam bayangan umbra atau penumbra Bumi.
Apabila seluruh permukaan Bulan masuk ke dalam bayangan umbra, maka fenomena yang akan terjadi gerhana Bulan total. Namun, bila hanya sebagian Bulan yang masuk ke dalam bayangan umbra, maka akan terjadi gerhana Bulan parsial. Sementara itu, jika Bulan hanya masuk ke dalam bayangan penumbra, maka yang terjadi adalah gerhana Bulan penumbra.
Lebih Sering Dibandingkan Gerhana Matahari
Dibandingkan gerhana matahari, kehadiran gerhana bulan jauh lebih sering terjadi. Misalkan selama abad ini saja, terdapat sekitar 85 kejadian gerhana bulan total, yang mana di 1 titik bisa terlihat antara 40-45 kejadian. Artinya, diperkirakan setiap 2 hingga 3 tahun sekali terdapat kemungkinan terjadinya gerhana bulan total.
Namun hal sebaliknya terjadi pada gerhana matahari. Frekuensi kemungkinan terjadinya fenomena alam ini hanya 1 dalam kurun waktu 375 tahun. Hal ini sangat erat kaitannya dengan posisi bulan dan Matahari yang kompleks dan sangat menarik untuk dipelajari bersama.
Paling Baik Dilihat di Langit Bebas Polusi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam pernyataan resminya menyebutkan tiga fase besar yang akan terjadi selama gerhana berlangsung. Yang pertama adalah ketika gerhana mulai terjadi, tepatnya pukul 00.05 WIB. Puncaknya akan terjadi pada pukul 02.10 WIB ketika permukaan Bulan akan tertutup sepenuhnya. Gerhana akan berakhir pada pukul 04.14 WIB. Jadi, total durasinya sekitar 4 jam 9 menit.
Seluruh fase dalam gerhana tersebut dapat diamati di seluruh Indonesia, sama halnya dengan benua lainnya, seperti Eropa, Asia, sebagian besar Afrika bagian Timur, sebagian kecil Australia bagian barat, dan Samudera Hindia. Untuk mengamatinya, dibutuhkan kondisi langit yang bersih dari segala jenis awan dan pemukiman penduduk yang memicu adanya polusi cahaya, biasanya di gunung, bukit, ataupun observatorium antariksa.
Hindari Pesisir Pantai Jelang Gerhana
Pada kesempatan lain, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan bahwa gerhana bulan pertama di 2020 ini bakal memengaruhi pasang-surut air laut. Akibatnya, potensi banjir rob mengancam seluruh pesisir pantai, khususnya di Jakarta Utara. Bisa jadi ini bakal memperparah kondisi Jakarta yang sebelumnya sudah digenang banjir parah sejak Tahun Baru.
Maka dari itu, teruntuk Teman Traveler yang kebetulan tinggal di sekitar pesisir pantai Indonesia, harap waspada dengan potensi bencana yang timbul seiring datangnya fenomena gerhana bulan ini. Mulai dengan mengungsi sementara ke tempat yang lebih tinggi hingga menyiapkan karung-karung pasir sebagai basis pertahanan untuk mencegah banjir, semua bisa dilakukan demi keamanan bersama. Next