Liburan ke Jogja nggak afdol rasanya jika tak berkunjung ke Malioboro. Sebagai pusat keramaian, tempat ini menjadi sarang berkumpulnya wisatawan lokal hingga mancanegara. Baru-baru ini, izin operasional kendaraan tidak bermotor telah meluncur. Hal tersebut menjadi upaya untuk pertahankan andong dan becak. Wah, Malioboro ramah lingkungan ini tentu akan bikin wisatawan lebih aman dan betah.
Baca juga : 4 Resort Istimewa Berjendela Samudera di Pulau Simeulue Aceh, Pesonanya Bikin Enggan Pulang
Izin Operasional Meluncur
Hari Rabu, tepatnya tanggal 5 November 2018 lalu, Dihsub Jogja telah menyerahkan izin operasional kendaraan tidak bermotor (SIO KTB) kepada 213 kusir yang telah memenuhi syarat untuk beroperasi di Jalan Malioboro. Dilansir dari travel.tempo, Kepala Dinas Perhubungan Kota Jogja Wirawan Hario Yudho menuturkan Malioboro ini sebagai kawasan pedestrian. Hal itu juga akan mempermudah wisatawan yang ingin berkeliling tempat ini.
Sempat Tidak Terealisasikan
Bukanlah hal baru, sebenarnya wacana ini telah ada sejak tahun 2017 lalu. Namun, undang-undang yang membuat Malioboro ramah lingkungan ini belum sempat terealisasikan. Nantinya di tahun 2019 pemerintah DIY berharap agar rencana ini bisa berjalan dengan lancar mengingat ratusan kusir telah mendapatkan surat izin operasional.
Bagi yang membawa kendaraan pribadi, bisa memarkirkan kendarannya di Nagabean, ABA, dan Senopati. Dari parkiran tersebut pengunjung bebas untuk gunakan andong atau becak. Nah, salah satu transportasi umum lain yang juga boleh beroperasi adalah Bus Trans Jogja.
Lebih dari 500 Unit Andong
Dishub Jogja telah membuatkan 23 titik parkir atau disebut dengan cerukan untuk pemberhentian angkutan umum di Malioboro yang sedang beroperasi. Di satu cerukan tersebut dapat menampung mulai dari 3 hingga 5 unit andong dan becak. Totalnya, dalam sehari terdapat 70 unit andong dan 170 becak kayuh.
Sebelumnya hanya terdapat 59 unit becak dan 27 untuk andong, kali ini totalnya berjumlah 545 unit. Tentu saja cerukan tidak dapat menampung semuanya dalam sehari, maka dari itu Dishub menyerahkan kepada Paguyuban untuk mekanisme pengaturan shift pagi, siang, dan malam.
Upaya Pertahankan Angkutan Tradisional
Seiring berkembangnya zaman, Malioboro tetap menjaga kekhasan jati dirinya dengan kehadiran angkutan umum tradisional berupa andong dan becak. Dulunya sempat diremehkan karena dinilai belum terlalu menguntungkan, sekarang kawasan ini telah menjadi tumpuan bagi ratusan kusir sebagai lahan untuk mencari rezeki. Adanya rencana ini juga menjadi salah satu alasan agar becak dan andong tetap lestari.
Dengan tidak adanya angkutan umum, maka Malioboro ramah lingkungan bisa terwujud. Dan tentunya, Kota Gudeg bakalan lebih bikin betah. Apakah Teman Traveler jadi semakin tertarik untuk menggunakan andong dan becak di sini? Next