Letusan Gunung Merapi di tahun 2010 meninggalkan luka dan sejarah, khususnya bagi warga Jogja dan sekitarnya. Nah, untuk mengenangnya, dibuatlah sebuah program bernama ‘Merapi Lava Tour’. Bagaimana modelnya? Simak ulasan berikut ini!
Baca juga : Kafe Bandung dengan Menu Aneh Tapi Bikin Ngiler
Pengalaman Berkunjung ke Situs Bencana
Dalam rangkaian Lava Tour, saya berkesempatan untuk mengunjungi rumah Almarhum Mbah Lurah di Jalan Petung Merapi, Yogyakarta. Rumah ini hancur akibat awan panas letusan Gunung Merapi tahun 2010.
Bebatuan dan abu vulkanik masih berserakan di beberapa bagian rumah dan sekitarnya. Untuk masuk ke rumah ini, kamu tidak akan dikenakan biaya apapun. Tetapi, saya sarankan untuk memberikan donasi ke dalam kotak-kotak sumbangan yang disediakan.
Mesin Waktu yang Berhenti Bergerak
Di kawasan ini terdapat dua puing-puing rumah. Yang satu menampilkan foto-foto peristiwa letusan tahun 2010 dengan perabotan rumah tangga yang dibiarkan di tempatnya. Yang satu lagi memajang barang-barang lain dan lebih bernuansa seperti museum.
Tetapi kedua bangunan ini tidak dipugar dan dibiarkan begitu saja. Berjalan menelusuri puing-puing ini membawa saya ke masa lalu yang terhenti, tepatnya pada pukul 00:10 WIB kala itu.
Semua barang yang ditinggalkan oleh pemiliknya, entah karena mengungsi, sudah terlanjur rusak parah, atau meninggal dunia, dipajang di rumah-museum ini. Contohnya sepeda motor yang bisa kamu lihat dalam foto di atas.
Kamar-Kamar Kosong Jadi Saksi Bisu
Secara pribadi, saya lebih suka puing-puing rumah di sebelah kiri, karena lebih otentik dan memberikan nuansa sepi, kosong, seakan benar-benar ditinggalkan selama bertahun-tahun. Kamu bisa lihat barang-barang yang meleleh dan korosi akibat awan panas.
Semua yang perlu kamu ketahui tentang peristiwa meletusnya Gunung Merapi di tahun 2006 dan 2010 bisa kamu dapatkan di rumah-museum ini, tidak hanya melalui gambar dan contoh pajangan belaka, tetapi dengan melihat langsung efek dan kerusakan akibat peristiwa tersebut dengan mata kepala sendiri.
Tidak Ada yang Selamat dari Sapuan Awan Panas
Orang-orang bisa mengungsi, meskipun masih terdapat korban jiwa. Tetapi hewan ternak yang ditinggalkan, dan pohon-pohon yang tidak bisa digerakkan, tidak punya pilihan lain selain menyerah kepada awan panas yang bisa mencapai suhu 750 derajat Celcius. Sebagai perbandingan, air mendidih pada suhu 100 derajat Celcius. Awan panas ini tujuh kali lipat panasnya!
Ya, kamu bisa sedekat ini dengan semua barang dan tulang-belulang yang dipajang di rumah-museum ini. Karena barang-barang ini cukup rapuh, mohon tidak menyentuh apalagi memindahkan. Hormati tempat ini sebagai lokasi bencana alam, salah satu yang terbesar yang pernah terjadi di Indonesia. Kamu bisa masuk ke setiap ruangan yang terbuka dan ambil foto sebanyak yang kamu mau.
Abu Vulkanik dari Gunung Merapi
Di ruangan kecil di seberang bangunan utama rumah-museum ini, terdapat satu ruangan tertutup berisi tumpukan abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi tahun 2010 silam. Kamu hanya bisa mengintip ke dalam melalui jendela kecil.
Pesan dari pengelola rumah-museum ini, tolong jangan bungkus pulang abu vulkaniknya, ya! Bukan hanya merusak museum, abu vulkanik ini bisa membahayakan tubuhmu. Mengingat kawasan ini cukup berdebu dan mayoritas masih tertutup abu vulkanik, jangan lupa kenakan masker wajah.
Rumah-museum ini tidak dijaga dan sebagian besar barangnya terbuka. Hanya barang-barang yang rapuh dan berbahaya yang dipajang di dalam lemari kaca. Tapi, bukan berarti kamu bisa pegang dan ambil sembarangan, ya.
Sembilan tahun setelah Merapi meletus, kawasan di kaki gunungnya menawarkan pengalaman liburan yang tidak ada duanya. Di sini, kamu bisa berbagi cerita dengan penduduk lokal sambil diantar naik jeep mereka, melihat bentang alam yang semakin subur tetapi masih tertutup abu dan batu vulkanik, sambil berburu foto-foto keren yang pasti membuat traveler lain iri.
Ada rencana berkunjung ke Jogja? Mampir ke kawasan Petung, Cangkringan dan coba jajal Merapi Lava Tour! Next