Indonesia mempunyai Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Jika ingin mengetahui lebih lengkap perkembangannya, Teman Traveler bisa datang ke Museum Perbendaharaan di Bandung. Yuk, simak perjalanannya.
Baca juga : Tak Cuma Spanyol, Bandung Juga Punya Festival Perang Tomat
Berada di Sebelah Museum Geologi
Museum Perbendaharaan berada di Gedung Dwi Warna. Tepatnya Jalan Dipenogoro No.45B, tepat di sebelah Museum Geologi. Museumnya berada satu gedung dengan kantor Direktorat Jendral Perbendaharaan. Museum ini tidak bisa dibuka setiap hari seperti museum yang lain. Jika ingin berkunjung, Teman Traveler harus datang pada hari Sabtu, Minggu, dan Senin di minggu ke-2 dan minggu ke-4 setiap bulan. Jam bukanya adalah dari pukul 09.00 sampai 16.00.
Satu-satunya Museum Perbendaharaan
Museum yang diresmikan pada tanggal 21 Maret 2016 ini masih merupakan satu-satunya museum mengenai perbendaharaan di Indonesia. Tidak heran banyak rombongan anak sekolah maupun kuliah yang datang ke museum untuk belajar. Jika Teman Traveler akan datang membawa rombongan, ada baiknya untuk menghubungi pihak museum terlebih dahulu. Namun, jika hanya datang sendiri atau dengan sedikit teman, bisa langsung datang. Masuk Museum Perbendaharaan tidak dipungut biaya alias gratis.
Uang Pertama Setelah Merdeka
Indonesia melewati masa kerajaan dan dijajah beberapa negara seperti Belanda dan Jepang. Oleh karena itu, uang beredar di Indonesia pun berganti-ganti. Pada saat merdeka, uang yang beredar masih merupakan uang Jepang. Sebagai bangsa merdeka, Indonesia kemudian membuat mata uangnya sendiri. Pada tanggal 30 Oktober 1946, Bung Hatta mengenalkan Oeang Republik Indonesia. Inilah cikal bakal uang yang Teman Traveler punya saat ini.
Sejarah Perbendaharaan Indonesia
Di museum ini Teman Traveler bisa melihat bagaimana sejarah perbendaharaan Indonesia. Dimulai dari sebelum, saat merdeka, sampai saat ini. Berbagai peraturan dibuat untuk membuat pengelolaan perbendaharaan menjadi lebih baik dan efektif. Selain itu, saat ini birokrasinya menjadi lebih mudah dibanding pada masa lalu.
Dari Tulis Tangan ke Digital
Dahulu, belum banyak yang menggunakan komputer, apalagi internet. Kegiatan pencatatan dilakukan dengan tulis tangan. Berarti tulisan tangannya harus rapih dan bisa terbaca. Seiring dengan perkembangan teknologi, mulai dikenalah mesin tik. Kemudian terus berkembang sampai akhirnya ada komputer. Tentu komputernya pun belum secanggih sekarang. Teman Traveler bisa melihat koleksi perekam data dan alat cetak pada masa lalu yang ukurannya besar dan berat.
Seiring berjalannya waktu sekarang semua kegiatan sudah bisa dilakukan dalam jaringan. Semua data disimpan di server pusat, sehingga lebih mudah melakukan pengecekan. Birokrasi pun menjadi lebih sederhana.
Bagian dari Konferensi Asia Afrika Pertama
Adakah hubungan antara Gedung Dwi Warna dengan Konferensi Asia Afrika yang pertama? Ya, tentu ada. Selama ini jika berbicara tentang KAA, Teman Traveler pasti ingat dengan Gedung Merdeka dan beberapa tempat di Jalan Asia Afrika.
Faktanya, sebelum konferensi, para wakil delegasi negara di berbagai bidang melakukan pertemuan di Gedung Dwi Warna. Pada saat itu, gedung ini pun diberi nama langsung oleh presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Jadi tidak heran jika Teman Traveler akan menemukan informasi mengenai peristiwa KAA di Museum Perbendaharaan Negara.
Demikian perjalanan ke Museum Perbendaharaan Negara, bisa dijadikan referensi wisatamu selanjutnya. Ada yang jadi tertarik untuk belajar tentang perbendaharaan? Next